Orang-orang Indonesia emang suka aneh, kalo gak bisa dibilang gada kerjaan.
Baru-baru ini orang nomor satu di DKI Jakarta bikin kebijakan bahwa topeng monyet harus dihapuskan di provinsi tsb mulai tahun 2014.
Akibatnya, untungnya berdampak baik kepada monyet-monyet yang selama ini ditangkap liar, disiksa supaya bisa berjalan tegak, sebelum dipekerjakan tanpa upah tetap oleh manusia pemiliknya.
Untuk dokumentasi lebih lengkapnya bisa dilihat langsung di situs JAAN
http://jakartaanimalaid.com/blog/?p=1551
Sebagai manusia dan sesama makhluk ciptaan Tuhan, tentunya saya pribadi mengapresiasi secara positif gebrakan yang dilakukan oleh Jokowi. Terlepas dari apakah tindakan yang beliau ambil didasarkan atas dorongan berbagai kelompok pecinta binatang (yang juga banyak di-inisiasi oleh orang bule).
Eksploitasi terhadap binatang, apalagi primata cerdas yang mirip manusia seperti monyet macaque emang memuakkan. Dan eksploitasi tersebut bisa disaksikan bebas di ruang publik di negara yang bernama Indonesia.
Memalukan, buat saya, kalau ditanya oleh teman bule saat berkunjung ke Indonesia.
Buat mereka hal itu seperti pameran kekejaman yang diekspos terang-terangan.
Dan sayangnya hal itu seperti bisa diterima di masyarakat kita, bahkan seperti mendidik anak-anak kita yang masih kecil, bahwa memperlakukan dan menyiksa binatang seperti itu adalah okay.
Indonesia memang negara yang indah, dan kita dikaruniai berbagai macam binatang serta tumbuhan yang hanya bisa hidup di negara tropis.
Sayangnya, kita belum bisa menghargai dan memelihara kekayaan yang kita punya.
Bukannya dijaga tapi malah ditangkap (secara liar), diperjual belikan, lalu dieksploitasi demi keuntungan yang katanya berkisar 40-80 ribu per hari.
Ini miris sekali.
Contoh, orangutan endemik asal pulau Borneo, terdapat di dua negara yaitu Indonesia dan Malaysia.
Tapi bisa dibilang bahwa orangutan yang tinggal di negara bagian Malaysia mendapat perlakuan lebih baik daripada orangutan yang diam di Kalimantan bagian Indonesia.
Pemerintah Malaysia yang lebih pintar melindungi aset mereka bisa membuat sanctuary khusus untuk orangutan di wilayah Serawak (yang sebenernya hanya sebagian kecil dari besar wilayah keseluruhan pulau Borneo). Sanctuary ini mendatangnya pemasukan banyak bagi turis asing yang ingin melihat orangutan di alam.
Ingat, orangutan adalam endemik hanya di dua negara. Indonesia dan Malaysia (bagian kecil dari Borneo itu).
Tapi sedihnya, teman-teman bule yang saya kenal malah lebih mengenal Indonesia sebagai negara yang membunuh orangutan demi lahan kelapa sawit.
Ini sangat menyedihkan dan melukai hati saya sebagai anak bangsa, tapi memang itulah kenyataannya.
Kembali ke kebijakan topeng monyet di Jakarta.
Ada banyak reaksi pro-kontra akibat kebijakan Jokowi tsb.
Yang kontra, bilang kalau dari sekian banyak persoalan yang menjadi pe-er ibukota, kenapa Jokowi malah ngurusin binatang.
Persoalan anak jalanan, contohnya, lebih urgen untuk ditangani.
Inilah anehnya orang kita, pemimpin yang gak ngapa-ngapain kena kritik.
Banyak ngapa-ngapain dikritik juga.
Lebih aneh lagi, tapi nyata, adalah pemimpin yang berasal dari partai dengan nuansa agama.
Sepertinya apapun yang dilakukan, karena berasal dari partai tsb, bisa mendapat pembenaran.
Ini juga menyedihkan, karena Tuhan dipakai pembelaan untuk kelakuannya yang jelas-jelas salah.
Sebagai contoh yang ekstrem, kolega saya (seorang dokter juga) adalah partisipan dari partai bernuansa agama tsb. Dulu waktu Foke bertanding dengan Jokowi untuk posisi no.1 di Jakarta, status di wall Fb-nya penuh dengan black campaign. Menjelek-jelekkan Jokowi yang ndeso dan menyanjung Foke yang incumbent. Dengan membawa-bawa nuansa agama juga.
Setelah Jokowi terpilih, masih menjelek-jelekkan juga. Berkilah bahwa ada black campaign yang dilakukan oleh pendukung Jokowi.
Rasanya ini tipikal orang Indonesia, fanatik sampe mati.
Mau bener atau salah, yang penting partai harus menang.
Dengan catatan, bahwa kolega saya itu seorang dokter, yang dianggap golongan terdidik, tapi mempunyai pola pikir sangat sempit- tentunya itu fakta yang menyedihkan buat saya.
Sedih karena berpikir, bahwa lebih mudah lagi bagi mereka yang kurang terdidik untuk 'dibodohi' oleh politikus berkedok pemimpin atas nama partai bernuansa agama.
Selain itu- alasan kenapa Jokowi tidak menyelesaikan persoalan anak jalanan- menurut saya bukan persoalan Jakarta semata.
Saya bukan membela Jokowi, tapi lebih ingin menyalahkan pemerintah pusat.
Permasalahan kenapa banyak orang pergi ke kota adalah, karena pembangunan di desa sangat tertinggal.
Petani kurang mendapat dukungan dan bantuan dari pemerintah.
Makanya mereka pergi ke kota-kota besar untuk jadi pengemis, gelandangan, anak jalanan.
Ini persoalan Kementrian Pendidikan dan BKKBN juga, yang gagal menekankan pentingnya pendidikan dasar atau sekolah kejuruan- dimana orang bisa mandiri, dan persoalan banyaknya anak sehingga tidak semuanya bisa mendapat perhatian atau pendidikan cukup.
Masalah klasik ini sudah pernah dikemukakan oleh Ibu Kartini pada awal abad 19, dimana saat itu tanah Jawa masih dikuasai oleh Nederlands atau bangsa Belanda.
Kalau masalah ini masih jadi persoalan setelah Indonesia 67 tahun merdeka, maka sangat ironis jadinya.
Ternyata pemimpin dari bangsa sendiri pun tidak bisa membawa Indonesia ke arah kemakmuran.
Lebih ironis lagi, kemakmuran sebenernya terjadi di negeri ini.
Tapi hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang- dinasti politik Banten sebagai contohnya.
Kenapa ada orang yang perlu 11 mobil mewah?
Apakah perlu punya mobil Lamborghini di Jakarta, dimana jalannya lebih sering macet sehingga maksimal kendaraan hanya bisa dipacu 50-70 km per jam?
Kenapa juga orang kita sering meng-apresiasi orang yang punya barang mahal seperti mobil mewah?
Apakah nilai seperti kejujuran, atau hidup sederhana sudah tidak dihargai lagi oleh orang jaman sekarang?
Waktu kecil saya sering diajarkan oleh kakek, nenek dan orang tua saya seperti ini:
" Yang benar harus diikuti, walaupun kelihatannya tidak ada orang yang mengambil jalan itu. Sebaliknya yang salah, harus dihindari walaupun semua orang sepertinya mengikuti jalan tsb.
Masa kamu mau nyemplung ke sumur kalau semua orang nyemplung sumur ? "
Ini analogi yang sederhana bagi anak kecil (seperti saya dulu) tapi sekarang saya mengetahui apa maksud dari mereka memberi nasehat itu.
Tapi sepertinya pesan seperti ini sudah jarang disampaikan lagi oleh orangtua jaman sekarang.
Dalam bentuk sederhana ada banyak pelanggaran di sekitar kita; buktinya anak SD mengemudikan motor (atau mobil! dan nabrak orang seperti AQJ), bahkan orang tua mereka mengemudikan mobil di jalur busway, dan motor naek trotoar.
Dalam bentuk ekstrem, adalah kasus pembunuhan oleh pejabat (yang nikah siri), korupsi besar-besaran dan terstruktur seperti dinasti politik Banten.
Apakah karena korupsi dilakukan berjamaah, termasuk oleh petinggi MK, maka bisa mendapat pembenaran?
Baiklah. Topik pembicaraan ini memang sengaja dibuat melebar. Mulai dari penyiksaan binatang yang gak bisa diterima, hingga ke korupsi berjamaah.
Tapi pada intinya satu, bangsa Indonesia perlu kembali belajar tentang nilai-nilai dasar.
Makanya gak heran politisi seperti Jokowi, Ahok, Dahlan Iskan mendapat hati di tempat rakyat. Karena sesungguhnya di kedalaman hati kita, ada kerinduan supaya profil 'pembela kebenaran' datang dan menyelamatkan Indonesia yang carut marut dengan segala permasalahannya.
Sebaliknya banyak politisi berduit, dengan segala sepak terjangnya untuk 'membeli' hati rakyat, tapi malah dibenci karena melambangkan ketidakjujuran (seperti ARB dari partai G).
Andai saja lebih banyak orang kita yang traveling melihat dunia, atau sedikitnya membuka mata hati dan rendah hati untuk belajar.
Belajar kejujuran dan kerja keras pada orang Jepang. Yang walaupun dibom hancur-hancuran saat tahun 1945, tapi sekarang telah menjadi salahsatu kekuatan besar di Asia.
Atau belajar nilai taat pada aturan ke Singapura. Negara kecil tetangga ini tadinya sangat miskin dan tidak punya sumber daya alam saat 'dipaksa' merdeka pada tahun 1965.
Tapi sekarang mereka telah belajar 'memanfaatkan' apa yang mereka punya selain sumber daya alam, yaitu sumber daya manusia yang terdidik.
Kita adalah bangsa yang besar, kaya dan dulu disegani di mata dunia.
Penjajah kita Belanda mengetahui hal ini, makanya mereka menggunakan politik mengadu domba (devide et impera) atau memecah belah.
Kata 'persatuan' adalah sesuatu yang ditakuti oleh jumlah penjajah Belanda yang jauh lebih sedikit dibanding bangsa pribumi.
'Persatuan' mengakibatkan bangsa pribumi mampu membela hak mereka untuk kemerdekaan.
Setelah kemerdekaan di tangan kita, kata 'persatuan' itu juga ditakuti oleh pemimpin Orde Lama.
Makanya golongan minoritas tertentu selalu dipisahkan, dianggap bagian lain dari bangsa ini- walaupun puluhan tahun sudah tinggal di tanah air.
Kini, 'persatuan' adalah sesuatu yang hampir musnah didengar.
Apalagi dengan adanya partai berwarna-warni tanpa visi kenegaraan yang jelas.
Tulisan ini bakal berakhir, mungkin tanpa kesimpulan.
Hanya sebuah curhatan hati atas berbagai permasalahan bangsa yang menyesakkan.
Mungkin di masa depan, saya berpikir untuk tinggal di luar negri- agar lebih bisa menikmati dari kejauhan. Mungkin saja bisa, yang pasti Indonesia tidak pernah hilang dari pemikiran anak-anak bangsanya.
Showing posts with label politik. Show all posts
Showing posts with label politik. Show all posts
Thursday, October 24, 2013
Wednesday, November 17, 2010
Indonesia butuh pemimpin
Indonesia adalah negara yang besar, kaya dan makmur.
Negara yang pernah dipimpin oleh patih besar Majapahit (atau seperti itulah yang diajarkan waktu jaman sekolah) beberapa abad yang lampau, masih konsisten diakui kini sebagai negara yang besar dan kaya oleh warga negara dunia.
Dengan jumlah penduduk hampir 230 juta yang tersebar di luas wilayah hampir 2 juta kilometer persegi, mudah untuk mengakui bahwa Indonesia MEMANG negara yang besar secara kuantitas.
[ Sebagai perbandingan, negeri Belanda - tempat dimana saya tinggal sekarang mempunyai populasi hanya 16 juta saja- dengan luas wilayah hanya sekitar 42 ribu kilometer persegi saja.
Yang artinya : Jumlah penduduk di Indonesia = 14 x lebih banyak dari penduduk Belanda; dengan luas wilayah Indonesia = 50 x luas wilayah Belanda. ]
Tapi jumlah penduduk dan luas wilayah tentu saja tidak selalu berarti rakyatnya akan makmur.
Juga, sejarah telah membuktikan jaman dahulu kala Belanda dengan negaranya yang kecil dan kekurangan sumber daya alam mampu menjajah Indonesia dan banyak negara kolonial lainnya.
Dan menjadikan negara kecil ini salahsatu negara yang paling makmur di abad 16, JUGA sekarang setelah menjadi bagian dari Uni Eropa.
Apa sih yang dibutuhkan Indonesia untuk bisa jadi negara yang lebih maju dari keadaan sekarang?
Indonesia BUKAN negara yang miskin.
Bukan lautan, hanya kolam susu. Itu kata orang jaman dulu DAN jargon tersebut masih berlaku hingga sekarang.
Lautnya kaya. Nelayan dari ujung Sabang sampai Merauke bisa bertahan hidup dengan sumber daya alam dari laut. Juga potensi wisatanya menarik banyak wisatawan mancanegara.
Tanahnya juga subur. Walaupun banyak gunung berapi - yang ditakuti tapi juga dikagumi- daerah vulkanik selalu kaya akan mineral yang dibutuhkan tanah sehingga bisa dipakai bercocok tanam.
Selain alam, banyak potensi lainnya dari Indonesia.
Jumlah penduduk yang banyak membuat tenaga kerja di Indonesia sangat murah sehingga banyak perusahaan asing mau menanamkan modalnya untuk prospek bisnis.
Secara kualitas, manusia Indonesia tidak kalah bersaing dengan warga negara dunia.
Ini sudah dibuktikan di tingkat kompetisi internasional; dimana Indonesia mampu menempati peringkat terhormat dalam berbagai kompetisi bidang intelektual.
Tapi kenapa sih setelah 65 tahun merdeka rasanya Indonesia masih berjalan di tempat ?
Kebodohan.
Tidak mau belajar dari kesalahan pemimpin yang dahulu.
Korupsi, manipulasi dalam politik dan tidak ada integritas dari seorang pemimpin.
Konsumtif.
Keuntungan bagi penanam modal, mau jual apa saja di Indonesia pasti laku.
Mulai dari artis hingga orang yang gajinya pas-pasan semua pengen punya blekberi biar keren.
Cinta akan uang.
Bisa dibilang ini bukan masalah eksklusif di Indonesia.
Paris Hilton dan siapapun di belahan dunia ini pasti punya rasa tidak aman kalau tidak punya uang untuk belanja dan memenuhi kebutuhan dasar.
Tapi bisa dibilang akar dari korupsi adalah TIDAK pernah PUAS akan UANG.
Gayus dengan gaji hanya beberapa juta baru puas dengan beberapa milyar.
Juga, TIDAK PEDULI dengan orang lain.
Di Jakarta, ada mall yang menjual tas Louis Vitton dengan harga 10 juta per buah dan masih ada yang beli. Padahal 3 kilometer dari Grand Indonesia masih ada orang yang hidup hanya dengan 20 ribu rupiah per hari.
KETIDAKADILAN ini juga terorganisir mulai dari level nasional.
Contohnya tentu aja mulai dari yang terhormat Bapa SBY - orang laen mesti macet 3 jam untuk pergi ke kantor tiap hari. Orang nomor 1 di negara ini tinggal masih di kota yang sama tapi pasti dia udah lupa yang namanya macet kaya gimana.
Juga mungkin dia lupa siapa yang memilih dia pada waktu pemilihan umum beberapa tahun lampau.
Intinya saat ini yang dia inget mungkin orang-orang sekitaran dia yang kepada siapa dia berhutang dan saat ini tibalah saat 'pembayaran'.
Yang dibutuhkan Indonesia adalah:
Pemimpin yang tidak bisa dibeli, dengan apapun juga. Duit, kehormatan, kekayaan.
Tapi yang menjaga suara hatinya sesuai dengan jeritan hati rakyat.
Yang bisa berjalan ditengah tengah rakyatnya tanpa banyak pengawalan,
karena tau dari situlah dia berasal dan dari situlah dia aman karena dicintai rakyatnya.
Mungkin ini hanya utopia, yang ada di dongeng klasik jaman Majapahit.
Bung Hatta, ibu Kartini, this one for you,
we hope there will be more of you in the future.
PS. Catatan buat anak muda yang baca ini, mungkin kalian udah kenal biografi Justin Bieber/ Kristen Stewart/ C. Ronaldo.
Tapi kalian perlu tau kalo Bung Hatta tuh founding father of Indonesia...
http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta
"Pendidikan lah yang mampu memerdekaan rakyat"
Juga Kartini, tokoh emansipasi Indonesia yang meninggal setelah melahirkan anak pertamanya. Ironisnya setelah puluhan tahun beliau meninggal, angka kematian ibu di Indonesia masih peringkat pertama di Asia Tenggara!
http://id.wikipedia.org/wiki/Kartini
Lagi-lagi PENDIDIKAN buat Ibu Kartini adalah faktor penting untuk memajukan kaum wanita.
(Dan dia dilarang untuk sekolah dokter karena waktu itu dibilangin:
"Udah deh, ngapain sekolah toh udah mo dikawin ini")
Tanpa tokoh-tokoh perjuangan ini:
aku saat ini, mungkin tidak akan berada disini.
Aku mungkin masi terjajah dengan kebodohan, ketidakadilan sosial, dan pada akhirnya kemiskinan. . . . . . . .
Amsterdam, 17 November 2010
Negara yang pernah dipimpin oleh patih besar Majapahit (atau seperti itulah yang diajarkan waktu jaman sekolah) beberapa abad yang lampau, masih konsisten diakui kini sebagai negara yang besar dan kaya oleh warga negara dunia.
Dengan jumlah penduduk hampir 230 juta yang tersebar di luas wilayah hampir 2 juta kilometer persegi, mudah untuk mengakui bahwa Indonesia MEMANG negara yang besar secara kuantitas.
[ Sebagai perbandingan, negeri Belanda - tempat dimana saya tinggal sekarang mempunyai populasi hanya 16 juta saja- dengan luas wilayah hanya sekitar 42 ribu kilometer persegi saja.
Yang artinya : Jumlah penduduk di Indonesia = 14 x lebih banyak dari penduduk Belanda; dengan luas wilayah Indonesia = 50 x luas wilayah Belanda. ]
Tapi jumlah penduduk dan luas wilayah tentu saja tidak selalu berarti rakyatnya akan makmur.
Juga, sejarah telah membuktikan jaman dahulu kala Belanda dengan negaranya yang kecil dan kekurangan sumber daya alam mampu menjajah Indonesia dan banyak negara kolonial lainnya.
Dan menjadikan negara kecil ini salahsatu negara yang paling makmur di abad 16, JUGA sekarang setelah menjadi bagian dari Uni Eropa.
Apa sih yang dibutuhkan Indonesia untuk bisa jadi negara yang lebih maju dari keadaan sekarang?
Indonesia BUKAN negara yang miskin.
Bukan lautan, hanya kolam susu. Itu kata orang jaman dulu DAN jargon tersebut masih berlaku hingga sekarang.
Lautnya kaya. Nelayan dari ujung Sabang sampai Merauke bisa bertahan hidup dengan sumber daya alam dari laut. Juga potensi wisatanya menarik banyak wisatawan mancanegara.
Tanahnya juga subur. Walaupun banyak gunung berapi - yang ditakuti tapi juga dikagumi- daerah vulkanik selalu kaya akan mineral yang dibutuhkan tanah sehingga bisa dipakai bercocok tanam.
Selain alam, banyak potensi lainnya dari Indonesia.
Jumlah penduduk yang banyak membuat tenaga kerja di Indonesia sangat murah sehingga banyak perusahaan asing mau menanamkan modalnya untuk prospek bisnis.
Secara kualitas, manusia Indonesia tidak kalah bersaing dengan warga negara dunia.
Ini sudah dibuktikan di tingkat kompetisi internasional; dimana Indonesia mampu menempati peringkat terhormat dalam berbagai kompetisi bidang intelektual.
Tapi kenapa sih setelah 65 tahun merdeka rasanya Indonesia masih berjalan di tempat ?
Kebodohan.
Tidak mau belajar dari kesalahan pemimpin yang dahulu.
Korupsi, manipulasi dalam politik dan tidak ada integritas dari seorang pemimpin.
Konsumtif.
Keuntungan bagi penanam modal, mau jual apa saja di Indonesia pasti laku.
Mulai dari artis hingga orang yang gajinya pas-pasan semua pengen punya blekberi biar keren.
Cinta akan uang.
Bisa dibilang ini bukan masalah eksklusif di Indonesia.
Paris Hilton dan siapapun di belahan dunia ini pasti punya rasa tidak aman kalau tidak punya uang untuk belanja dan memenuhi kebutuhan dasar.
Tapi bisa dibilang akar dari korupsi adalah TIDAK pernah PUAS akan UANG.
Gayus dengan gaji hanya beberapa juta baru puas dengan beberapa milyar.
Juga, TIDAK PEDULI dengan orang lain.
Di Jakarta, ada mall yang menjual tas Louis Vitton dengan harga 10 juta per buah dan masih ada yang beli. Padahal 3 kilometer dari Grand Indonesia masih ada orang yang hidup hanya dengan 20 ribu rupiah per hari.
KETIDAKADILAN ini juga terorganisir mulai dari level nasional.
Contohnya tentu aja mulai dari yang terhormat Bapa SBY - orang laen mesti macet 3 jam untuk pergi ke kantor tiap hari. Orang nomor 1 di negara ini tinggal masih di kota yang sama tapi pasti dia udah lupa yang namanya macet kaya gimana.
Juga mungkin dia lupa siapa yang memilih dia pada waktu pemilihan umum beberapa tahun lampau.
Intinya saat ini yang dia inget mungkin orang-orang sekitaran dia yang kepada siapa dia berhutang dan saat ini tibalah saat 'pembayaran'.
Yang dibutuhkan Indonesia adalah:
Pemimpin yang tidak bisa dibeli, dengan apapun juga. Duit, kehormatan, kekayaan.
Tapi yang menjaga suara hatinya sesuai dengan jeritan hati rakyat.
Yang bisa berjalan ditengah tengah rakyatnya tanpa banyak pengawalan,
karena tau dari situlah dia berasal dan dari situlah dia aman karena dicintai rakyatnya.
Mungkin ini hanya utopia, yang ada di dongeng klasik jaman Majapahit.
Bung Hatta, ibu Kartini, this one for you,
we hope there will be more of you in the future.
PS. Catatan buat anak muda yang baca ini, mungkin kalian udah kenal biografi Justin Bieber/ Kristen Stewart/ C. Ronaldo.
Tapi kalian perlu tau kalo Bung Hatta tuh founding father of Indonesia...
http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta
"Pendidikan lah yang mampu memerdekaan rakyat"
Juga Kartini, tokoh emansipasi Indonesia yang meninggal setelah melahirkan anak pertamanya. Ironisnya setelah puluhan tahun beliau meninggal, angka kematian ibu di Indonesia masih peringkat pertama di Asia Tenggara!
http://id.wikipedia.org/wiki/Kartini
Lagi-lagi PENDIDIKAN buat Ibu Kartini adalah faktor penting untuk memajukan kaum wanita.
(Dan dia dilarang untuk sekolah dokter karena waktu itu dibilangin:
"Udah deh, ngapain sekolah toh udah mo dikawin ini")
Tanpa tokoh-tokoh perjuangan ini:
aku saat ini, mungkin tidak akan berada disini.
Aku mungkin masi terjajah dengan kebodohan, ketidakadilan sosial, dan pada akhirnya kemiskinan. . . . . . . .
Amsterdam, 17 November 2010
Sunday, March 21, 2010
sehat vs Persib
Sudah menjadi lelucon umum di kalangan praktisi kesehatan lokal jika
"anggaran kesehatan kita kalah dengan anggaran stadion Persib."
Pemerintah daerah lebih peduli agar sepakbola menjadi tontonan nomor satu dan Persib jadi juara, daripada membenahi permasalahan di bidang kesehatan seperti misalnya, fakta provinsi Jawa Barat (dan kota Bandung) menjadi juara satu di angka kumulatif kasus HIV.
Lagi-lagi, anggaran kesehatan dipotong supaya Bandung bisa punya stadion sepakbola, padahal masih banyak masalah lain yang seharusnya menjadi prioritas Pemerintah Daerah : tata kota semrawut yang mengakibatkan banjir dan kemacetan lalu lintas, masalah banyaknya pengemis dan gelandangan di sepanjang jalan utama kota Bandung.
Pada intinya, seharusnya Pemda lebih memprioritaskan pada perbaikan basic need penduduk, instead of menginvestasikan dana (yang tidak sedikit) pada infrastruktur yang ke-efektifitas-annya juga masih dipertanyakan, apakah iya jika stadion tersebut rampung dibangun apakah bisa memperbaiki kinerja Persib misalnya?
Ataukah akan menambah masalah baru; kemacetan, penambahan pelanggaran lalu lintas setiap Persib bertanding, yang ujung-ujungnya menurunkan popularitas masyarakat terhadap dunia per-sepakbola-an nasional.
Sebaliknya, anggaran kesehatan akan berdampak lebih besar kepada kualitas hidup orang banyak.
Masyarakat yang sehat berarti, sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan pada akhirnya akan menunjang pemasukan Pemda juga.
Sungguh sulit menjadi seorang pemimpin, atau lebih tepatnya, sungguh sulit menjadi seorang pemimpin yang benar.
Barack Obama saat ini sedang disorot karena program reformasi kesehatannya.
Pemerintah Amerika Serikat bisa dibilang sedang dalam critical point, jika program ini berhasil maka Presiden yang sekarang akan selalu diingat untuk keberhasilan yang dia raih, tapi ada juga kemungkinan gagal. Tapi selama program ini memang bermanfaat untuk orang banyak, dan pro-kontra yang bermunculan, setidak-tidaknya sesuatu yang baik sudah dipikirkan oleh pemerintahnya.
Belajar dari kasus negara maju (dan juga negara berkembang lainnya) anggaran kesehatan yang proporsional selalu berkaitan dengan kualitas hidup manusianya.
Saat ini kita punya menteri kesehatan yang bagus dan pakar di bidang ilmu kemasyarakatan.
Beliau terpilih jelas bukan karena dekat dengan orang nomor 1 tapi karena kompetensinya yang bukan sembarangan.
Mudah-mudahan kedepannya kita akan melihat banyak kontribusi yang berarti di bidang kesehatan.
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang.
Pak Dada Rosada mungkin untuk selamanya akan diingat sebagai pemimpin yang mementingkan sepakbola daripada kesehatan masyarakatnya.
Lagi-lagi, pendidikan dan kesehatan penduduk kalah pamor dengan kepentingan Persib yang hanya diwakili segelintir orang saja.
Sungguh malang dikau warga kota Bandung, mari kita tunggu pemimpin berikutnya yang lebih sadar kepentingan dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
"anggaran kesehatan kita kalah dengan anggaran stadion Persib."
Pemerintah daerah lebih peduli agar sepakbola menjadi tontonan nomor satu dan Persib jadi juara, daripada membenahi permasalahan di bidang kesehatan seperti misalnya, fakta provinsi Jawa Barat (dan kota Bandung) menjadi juara satu di angka kumulatif kasus HIV.
Lagi-lagi, anggaran kesehatan dipotong supaya Bandung bisa punya stadion sepakbola, padahal masih banyak masalah lain yang seharusnya menjadi prioritas Pemerintah Daerah : tata kota semrawut yang mengakibatkan banjir dan kemacetan lalu lintas, masalah banyaknya pengemis dan gelandangan di sepanjang jalan utama kota Bandung.
Pada intinya, seharusnya Pemda lebih memprioritaskan pada perbaikan basic need penduduk, instead of menginvestasikan dana (yang tidak sedikit) pada infrastruktur yang ke-efektifitas-annya juga masih dipertanyakan, apakah iya jika stadion tersebut rampung dibangun apakah bisa memperbaiki kinerja Persib misalnya?
Ataukah akan menambah masalah baru; kemacetan, penambahan pelanggaran lalu lintas setiap Persib bertanding, yang ujung-ujungnya menurunkan popularitas masyarakat terhadap dunia per-sepakbola-an nasional.
Sebaliknya, anggaran kesehatan akan berdampak lebih besar kepada kualitas hidup orang banyak.
Masyarakat yang sehat berarti, sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan pada akhirnya akan menunjang pemasukan Pemda juga.
Sungguh sulit menjadi seorang pemimpin, atau lebih tepatnya, sungguh sulit menjadi seorang pemimpin yang benar.
Barack Obama saat ini sedang disorot karena program reformasi kesehatannya.
Pemerintah Amerika Serikat bisa dibilang sedang dalam critical point, jika program ini berhasil maka Presiden yang sekarang akan selalu diingat untuk keberhasilan yang dia raih, tapi ada juga kemungkinan gagal. Tapi selama program ini memang bermanfaat untuk orang banyak, dan pro-kontra yang bermunculan, setidak-tidaknya sesuatu yang baik sudah dipikirkan oleh pemerintahnya.
Belajar dari kasus negara maju (dan juga negara berkembang lainnya) anggaran kesehatan yang proporsional selalu berkaitan dengan kualitas hidup manusianya.
Saat ini kita punya menteri kesehatan yang bagus dan pakar di bidang ilmu kemasyarakatan.
Beliau terpilih jelas bukan karena dekat dengan orang nomor 1 tapi karena kompetensinya yang bukan sembarangan.
Mudah-mudahan kedepannya kita akan melihat banyak kontribusi yang berarti di bidang kesehatan.
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang.
Pak Dada Rosada mungkin untuk selamanya akan diingat sebagai pemimpin yang mementingkan sepakbola daripada kesehatan masyarakatnya.
Lagi-lagi, pendidikan dan kesehatan penduduk kalah pamor dengan kepentingan Persib yang hanya diwakili segelintir orang saja.
Sungguh malang dikau warga kota Bandung, mari kita tunggu pemimpin berikutnya yang lebih sadar kepentingan dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
Thursday, February 05, 2009
jika aku menjadi : bukan politisi, tapi wakil rakyat
menyikapi maraknya kampanye para caLeg . . . . .
jika aku menjadi (bukan politisi) wakil rakyat,
maka aku akan memprioritaskan pada tiga hal, yaitu
1. kesehatan
Sudah jelas hanya orang sehat yang bisa produktif (artinya, kalau dia kepala rumah tangga, bisa kerja dan menghasilkan uang untuk menghidupi keluarganya. kalau dia ibu rumah tangga, bisa menyiapkan sarapan untuk anaknya, mengurus keperluan keluarganya. kalau dia anak usia sekolah, bisa aktif mengikuti pelajaran di sekolah, dsb).
2. pendidikan
Karena orang tidak berpendidikan cenderung menjadi korban segala sesuatu (alias, mudah dibodohi, gampang dijual keluar daerah menjadi TKI atau PSK kalau dia perempuan). Orang yang berpendidikan rendah juga tidak punya banyak pilihan (mau kerja dengan gaji yang kecil, atau pekerjaan kasar- jadi buruh, bisa dieksploitasi oleh orang yang lebih berkuasa, dst)
Dengan modal pendidikan, seorang ayah bisa mendapatkan gaji yang layak untuk menghidupi keluarganya, anak-anak bisa sekolah. Seorang ibu yang pintar bisa membesarkan anak dengan cara yang benar, mengatur keuangan keluarga. Tidak ada investasi yang lebih bermakna dan berguna untuk seorang anak selain pendidikan. Pendidikan adalah modal utama dalam membesarkan seorang anak, bukan makanan atau baju, karena hanya dengan pendidikan seorang anak bisa mandiri dan bertahan hidup.
3. transportasi
Transportasi adalah denyut kehidupan sebuah kota. Transportasi massal yang ramah lingkungan, nyaman bagi pengguna dan ekonomis dibutuhkan bagi semua orang. Subsidi BBM bisa ditekan bila penggunaannya efisien (mobil pribadi dibatasi) dan alangkah baiknya dana yang ada dialokasikan untuk kebutuhan lain, seperti kesehatan dan pendidikan. Transportasi massal juga berguna untuk meningkatkan sensitivitas atas kebutuhan orang lain dan interaksi sesama manusia (berjiwa sosialis).
Bagaimana caranya ?
1. Asuransi kesehatan untuk semua orang, dengan skema yang berbeda untuk tiap lapisan masyarakat, Subsidi silang bagi yang tidak mampu. Disini pentingnya pengawasan penggunaan dan aturan yang ketat supaya tepat sasaran.
2. Wajib belajar bukan berarti semua anak mesti bersekolah, pendidikan tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah. Pembuatan dan sosialisasi modul 'Belajar sendiri di rumah' (home based learning/home schooling) sehingga anak jalanan pun bisa memperoleh pendidikan. Baju seragam dan buku pelajaran sekolah tidak mesti sama, bisa disesuaikan dengan kondisi. Bukan ijazah yang penting, tapi bagaimana pembelajaran itu sendiri.
3. Pajak berlapis untuk pemilik kendaraan pribadi lebih dari satu.
Dan alokasinya bisa untuk maintenance transportasi massal yang aman, murah, dan nyaman, serta ramah lingkungan. (Global warming gitu loh)
Labels:
caLeg,
kampanye,
kesehatan,
pendidikan,
politik,
sosialis,
transportasi
Saturday, November 15, 2008
Amrik, negara (siap) ber-demokrasi

Terlepas dari pandangan orang Indo yang suka meng-identifikasikan Amrik dengan kapitalis/ anti-muslim/kafir/ whatever it is, sudah terbukti bahwa USA adalah sebuah bangsa yang dibangun dengan meng-amin-i Piagam Hak Asasi mereka.
Dibilang, tiap orang punya kesempatan yang sama. Buktinya adalah Obama, asalkan orang itu memenuhi kapabilitas untuk jadi Presiden, mengikuti jalurnya, menang (electoral) voting, maka despite warna kulitnya Obama pun bisa jadi Presiden.
Beberapa hari sebelum Obama terpilih jadi Presiden, ada kolom di koran lokal yang isinya sms dari pembaca- tentang opini mereka apakah Obama akan terpilih jadi Presiden USA atau engga.
Ada 1 sms yang bunyinya: 'Mana mungkin rakyat Amrik mau dipimpin sama Presiden kulit hitam. Gak mungkin Obama menang.'
Pernyataan yang sungguh pesimis dan sempit.
Mungkin disamain kaya warga negara Indonesia kaleee.
Dimana dasar negara boleh Pancasila, dan semboyan bisa Bhineka Tunggal Ika, tapi Presiden RI harus warganegara turunan Indonesia asli. (Dibaca: artinya kalau keturunan Cina, tapi lahir dan tinggal disini puluhan tahun, dan tampang bukan Indonesia asli, mimpi kali ye mau jadi Presiden).
Atau mungkin nanti kalau kita udah 100 tahun merdeka seperti USA, baru kita bisa menerima perbedaan (dangkal) seperti itu.
Belum lagi pidato kekalahan McCain yang sungguh agung, membesarkan hati.
Entah representatif atau tidak untuk menggambarkan bahwa rakyat Amrik adalah bangsa yang bisa menerima kekalahan dengan legowo, dengan McCain sebagai contoh pemimpin yang gak ngotot 'kekeuh' pengen menang.
Sungguh banyak yang bisa kita pelajari dari peristiwa President Election ala Amrik kemaren....
kalau saja kita bangsa yang mau belajar, yang rendah hati mau mengakui, bahwa kita masih kalah jauh dalam ber-demokrasi, belum bisa menerima perbedaan, belum bisa menerima kekalahan, yang para pemimpin-nya bisa mendahulukan kepentingan publik diatas kepentingan partai/golongan-nya.
Kapan yah.... Moga-moga peristiwa Pemilu Indonesia tahun mendatang bisa belajar dari peristiwa Amrik kemaren.
Dan rakyat yang milih parpol semoga diberdayakan dengan pengetahuan cara ber-politik yan benar, bukan sekedar bagi kaos gratis * sighed *
Subscribe to:
Posts (Atom)