Monday, May 19, 2008

eleven minutes

Teringat kotbah minggu pdt. P cerita tentang salahsatu perjalanannya dalam misi ke kota di sumatera, dan menginap di hotel yang ada PSK-nya

(catatan: PSK= pekerja sex komersil, bukan pekerja sosial komersil loh.... walo bisa aja yang kerja sex atas dasar sosial.... ehm, bisa gak sih kira-kira??? -> ga penting)


Well anyway, he came to the part that he had a opinion that the girl did something wrong....

(i hate to admit, but do we all had done something wrong in part of our lives)

Gw jadi teringat suatu cerita di Injil, dimana Yesus menyuruh orang yang tidak pernah melakukan dosa untuk melempar batu pertama ke perempuan yang kepergok berbuat zinah.

And the important part: There was no one free from sins.

Smuanya ngacir pergi..... 

cerita berakhir dengan Tuhan Yesus pun ga menghakimi dia, cuman dibilang: 

'Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi'

What a happy ending.


Hanya ga smua cerita berakhir hepi ending sperti diatas.

Kebanyakan tempat pelacuran dihujat orang, diancam untuk dibubarkan, dan para pekerjanya dikejar-kejar dengan alasan dekadensi moral.

Moral siapa?

Moral para pekerja atau moral para 'pemakai' pekerja?

Seandainya mereka mau lebih memperhatikan alasan kenapa PSK bisa ada

(sebab-> akibat)


Eleven Minutes by Paulo Coelho


ada seorang pelacur yang juga (tadinya) seorang perawan.


disini Paolo Coelho punya pandangan yang beda dengan kebanyakan orang tentang kehidupan pelacur.


Bahwa seorang pelacur juga seorang manusia, bahwa dia juga tadinya ga pernah berpikir untuk bekerja dengan cara melacurkan diri, bahwa dia juga mencintai seseorang dan berpikir untuk menikah, punya anak, seperti perempuan normal lainnya, bahwa akhirnya suatu situasi memaksa dia untuk memilih menjadi pelacur, bahwa sekalipun dia tau hal itu salah tapi dia gatau gimana caranya untuk keluar dari situasi itu.


Itu sebuah cerita, tapi juga sebuah kenyataan.


Kenyataan banyak yang terjadi disini (di Indonesia maksutnya, bukan di Brasil sperti dalam 11 Minutes)


Banyak kasus keluarga yang menjual anak-anak perempuannya untuk bekerja di kota, lalu eventually bukan bekerja di restoran/toko seperti dijanjikan tapi malah disuru jadi PSK.

Mereka juga korban, seharusnya butuh diselamatkan oleh pemerintah.

Bukan dikejar-kejar atau dimusnahkan.


(bullshit deh klo pake alesan dekadensi moral, lokalisasi bole bubar, tapi korupsi jalan terus sama aje boong deh)


Kalo ladang mereka cari duit dimusnahkan kemana mereka cari makan?


Kita smua tau klo perut laper bisa jadi motivasi yang kuat untuk cari duit.

Buktinya perut para anggota DPR/MPR yang (katanya) terhormat itu juga gendut-gendut tapi masih doyan juga toh sama duit???

Apalagi mereka yang terpinggirkan ini.

Walaupun (mungkin) mereka tau resikonya kena penyakit seksual menular, tapi at least kan hari ini bisa makan.


Catatan: ini suara gw mewakilkan PSK yang emang melakukan ini karena terpaksa loh ya, klo yang emang karena hobi.....ya itu tanggung jawab masing-masing (sama Tuhan)


Out of topic, gw dapet imel dari mailing list trading hari ini,
tentang 10 menit setiap hari dari waktu qta yang terbuang untuk : dipake bergosip, maen solitaire, surfing hal-hal ga penting (or adult things?) dan coba dari setiap 10 menit x 6 hari = selama 1 minggu 1 jam waktu qta terbuang percuma.

- i was speak to myself because i wasn't very hardworking , but i kept calling myself "freelancer" :-)
ga kaya Sandra dewi yang rajin cari duit.... ^_^
but now i try to fight back what i should supposed to do in the past





Sunday, May 11, 2008

me & my mac

we've been known each other only for 2 months... but in that short period of time me & my mac have been like two lifetime best friends :-)

Sounds exaggerating??? Well....in fact it was what happened nowadays.

Start from very early in the morning when i wake up, my compulsive habit try to check if there's any e-mail, moreover since i joined id-mac mailing list. it getting worse....
Once i wanted to have my own macbook for purposes like writing a book as my project. used to be (or suppose to be) it'd be children's book. to teach them about real life, humanism and any social purposes, just named it.
Apparently the aim has gone far away... as the time goes by i keep doing something else (instead writing my book's project) shame on me.
In my work place, there's a girl who also writing book, i asked her what it's all about. she told me it'd be sort of thriller   mixed romantic story. she typed her book project in her spare time in the clinic. (using computer's clinic of course)

Now that's called a commitment. 
To stay focus on what are you going to do at first. 
And try to make it come true -daydreaming will not make any dream come true
- it's just .... (now i came to the part i'm trying to find a reason for myself)  maybe.... so many comfort i have experienced made me less struggle than i should be.