Thursday, October 31, 2013

.: polos, lurik, jantung :.

33 is my age.

barangkali itu #quote terkenal dari vicky untuk taun 2013.

dan untuk hari ini, quote itu bisa gw pinjam karena bertepatan dengan bertambahnya 1 tahun yang Tuhan percayakan untuk melakukan hal yang berguna dalam hidup ini.

anehnya pagi ini gw terbangun dengan mimpi yang aneh, ngeliat semacam hantu di tempat sodara sepupu. aneh karena seumur-umur gw gak pernah atau punya (dan amit-amit) kemampuan liat makhluk halus, jadi jangan sampe itu mimpi jadi kenyataan.

masih lebih banyak mimpi dalam hidup ini yang pengen gw wujudkan, tapi bukan itu salahsatunya.

tambah umur menjadi kesempatan buat gw untuk melakukan refleksi.

tadi pagi, momen refleksi itu terjadi sambil bawa booney (alias buni alias bon bon alias bobo nini) jalan-jalan keliling kompleks. ritual setiap hari entah pagi atau sore, tergantung cuaca sekitarnya.

gak ada yang spesial dengan bertambahnya umur, karena di umur yang 33 ini gw teteup aja masih jomblo (dan bahagia). juga tidak bertambah keriput, secara orang-orang masih bilang gw kaya anak remaja umur 25-an.

tapi gw berpikir dari segi yang lebih ilmiah.

polos, lurik, jantung

itu adalah pelajaran tingkat dasar di kedokteran- harusnya semua dokter tau apa artinya 3 kata itu.

mungkin juga gak cuman dokter, tapi anak smp/ sma yang menyimak pelajaran biologi di kelas.

polos, lurik, dan jantung - adalah 3 macam jenis otot yang terdapat dalam tubuh manusia.

otot polos - bersifat involuntarily. alias tidak bisa dikendalikan oleh kehendak kita sendiri. tapi berdasarkan persyarafan simpatis dan parasimpatis.
contoh kerja otot polos adalah pipis, dan buang air besar. makanya mules dan nahan pipis itu adalah tindakan yang tidak dianjurkan, karena bisa bikin ngompol.
as simple as that.

otot lurik - sebaliknya bersifat voluntarily alias bisa dikendalikan oleh kehendak kita.
contohnya adalah otot di pantat atau otot besar di lengan para atlet angkat besi.
karena keberadaan dan koordinasi yang kompak dari otot lurik inilah kita bisa mengangkat sendok dengan tangan, atau memasukkan belanjaan ke dalam tas.

otot jantung - adalah yang paling unik. karena walaupun secara bentuk lebih mirip otot lurik (berinti banyak) tapi sifatnya involuntarily, seperti otot polos. alias tidak bisa dikendalikan oleh kehendak manusia.

inilah yang selalu membuat gw takjub, sewaktu menjadi mahasiswa kedokteran dan manusia pada umumnya. bahwa tubuh kita adalah benda yang ajaib, mesin yang maha sempurna, dengan kecanggihan yang diturunkan selama ribuan generasi.

siapa yang bisa memerintahkan otot jantungnya untuk tetap berdetak, dimana saatnya memang harus berhenti?

bahkan orang dengan banyak harta seperti adjie masaid pun bisa seketika kehilangan nyawanya saat otot jantungnya mogok menjalankan tugasnya.

siapakah manusia, yang pada saat dia berada di sebuah kursi kekuasaan, memerintah orang banyak, memiliki banyak harta - bisa menguasai otot jantungnya sendiri (yang hanya sebesar kepalan tangan?)

kita ini sebenarnya bukan siapa-siapa di dunia ini.
hanya onggokan C, H, O (carbon, hidrogen, oksigen).
sekumpulan daging dan tulang.

kalo gak percaya silakan berkunjung ke kamar mayat dan melihat buktinya.

setiap manusia yang menyadari bahwa keberadaannya tidak lebih daripada nyawa yang dihembuskan oleh Tuhan (dan bisa setiap saat diambil kembali oleh yang empunya)- maka pasti dia akan lebih berhati-hati dalam menggunakan setiap waktu dalam hidupnya.

orang yang paling tidak mendapat penghormatan di pandangan gw adalah, mereka yang katanya religius dan percaya Tuhan tetapi menyia-nyiakan hidupnya dan tubuhnya.
mereka yang rajin berdoa dan menyembah, tapi merokok, makan sembarangan, gak pernah olahraga dan hasil cek up kolesterol-nya tinggi di usia 30 tahun.

kembali ke refleksi menjadi (tambah) tua.
pagi ini, saya memanjatkan doa sederhana kepada Sang Pencipta.
meminta umur yang secukupnya, agar bisa melakukan hal yang seharusnya saya lakukan dalam hidup.

dan list-nya lumayan panjang, karena ini dia hal-hal yang ingin saya lakukan :

1. membantu ibu-ibu kurang mampu bisa memanfaatkan sampah dan menjual hasilnya, sehingga mandiri secara ekonomi
2. membantu pekerja seks mendapat pekerjaan yang layak, agar tidak bergantung dari hasil menjual diri
3. ikut menjadi sukarelawan di panti / tempat penitipan binatang
4. menjadi sukarelawan dengan greenpeace
5. ikut jadi sukarelawan indonesia mengajar
6. membangun rumah 'ramah lingkungan' di pedesaan dan menciptakan 'ecowisata'
7. mengenalkan anak-anak kepada perilaku 'ramah lingkungan'
8. mengembalikan ilmu yang telah dipelajari kepada almamater
9. bikin buku yang bisa meningkatkan kesadaran orang tentang 'human trafficking'
10. membangun wirausaha dimana teman-teman dengan disabilitas bisa terlibat didalamnya
dst

i'm a dreamer.
dan mudah-mudahan Tuhan bisa memerintahkan otot jantung yang gw punya untuk terus berfungsi sampe semua yang diamanahkan terlaksana.

kamis (bukan kliwon), 31 oktober 1980.



.: referensi jenis otot dari wikipedia

Sunday, October 27, 2013

.: dreams and future :.

Beberapa minggu sebelum gw berangkat ke Prancis untuk pacaran, Iki ngajakin ketemuan di Jakarta.

Iki nih temen gw semasa waktu jadi dokter muda, karena nasib mempertemukan kita di dalam 1 kelompok ko-ass di tahun pertama.
Pas pindah ke tahun kedua, ternyata banyak anak-anak di kelompok yang gak lulus ujian 1 atau lebih bagian. Cuman tiga orang waktu itu yang berhasil lulus tanpa harus ngulang ujian bagian.
Salah dua-nya adalah Iki dan gw.

Karena demikian lah, makanya tahun kedua jadinya gw satu kelompok lagi sama Iki.

Bikin satu kelompok terus dalam waktu 2 tahun (dan sering jaga bareng) bikin kita tau sifat masing-masing. Gw menghindari memakai kata 'dekat' karena hubungan kita lebih seringnya dia 'menghina-hina' gw walaupun gw tau anaknya baek.

Hinaan yang dia berikan enggak eksklusif untuk gw seorang, tapi merata ke semua anggota di kelompok. Jadi gak usah terlalu diambil pusing.

Anyway, salahsatu hinaan yang dia kasi ke gw waktu itu adalah 'Cina perahu'.

Kenapa dia panggil gw 'Cina perahu' karena menurut dia orang cina itu biasanya kaya dan mentereng.
Sedangkan keadaan gw waktu itu masih susah secara ekonomi, jadi gw sering nebeng orang (demi menghemat ongkos dan energi). Gw juga suka menghemat pengeluaran dengan jarang beli minum (akhirnya kalo ada yang beli teh botol, gw minta aja nyeruput ke orang itu... hehe).
Salahsatu yang paling sering gw mintain minum adalah Iki tentunya, karena kita sering kabur bareng ke kantin.

Dan sampe sekarang dia suka mengingat gw akan hal itu, 'tukang minta teh botol' ... hahahaha...

Setelah belakangan, dia suka panggil gw 'Cica' alias cina cantik.
Soalnya semakin ke belakang dia tau bahwa dibalik keadaan gw yang susah ekonomi dan pelit (waktu itu) ternyata ada sifat setia kawan, kerja keras, gak males, jujur, suka belain temen.

Ohya, jaman dulu padahal gw gak secantik sekarang tentunya.
Boro-boro punya waktu untuk masker, perawatan tubuh, rutin pake krem muka dst. Karena kalau ada waktu nyantai pasti gw pake tidur !

Yah tidur emang aktivitas berharga masa ko-ass, terlebih kalo punya jadwal jaga padat.

Kembali ke pertemuan gw di Jakarta dengan Iki, berhubung dia baru nyampe di Gambir- jadi gw suruh dia dateng aja ke apartemen skalian ngajak makan di warung deket situ.
Warungnya emang enak-enak menunya dan pas sebelah apartemen, jadi bisa skalian sebelom dia balik ke kosnya di deket RS Harapan Kita.

Iki udah nikah beberapa taun yang lalu (gw & temen-temen dateng ke nikahannya yang jor-joran itu) dan sekarang udah punya bocah cowo yang unyu-unyu.
Dia ngasi liat foto-foto anaknya dari hp. Trus cerita banyak kalo kehidupan per-bapak-an tuh amazing banget.

Dari dulu Iki emang punya pacar terus, dan ganti-ganti melulu.
Bikin dia merasa kegantengan juga, karena pacar2nya (dan sekarang istrinya) biasanya emang cantik-cantik.

Sedang gw, dari dulu jomblo. Karena gw picky juga males pacaran, buang-buang waktu aja (dulu...)

Giliran gw cerita, gw bilang kalo sekarang punya pacar cowo Prancis (saat dia ngunjungin gw di Jkt) dan mau berangkat untuk ketemu temen + keluarganya.

Dia langsung bilang, " Keren euy, elu sekarang bisa punya pacar cowo Prancis ternyata !"

(Padahal menurut gw sih gak keren, lah kenalannya aja di Bromo. Bukan waktu gw studi di Eropa malah)

Berhubung Iki lagi sekolah dan gw yang udah dapet gaji (walaupun mertuanya Iki tajir banget) jadinya gw yang bayarin semua dinner kita. Lagian murah ini, kantin langganan juga.

Iki langsung laporan gitu sama istrinya, " Sekarang dia udah bisa beli minum sendiri, gak minta teh botol lagi. Ini juga makan dibayarin dia! "

Kurang asemmmm....

Trus kita cerita-cerita, tentang keinginan dan harapan jaman masi culun pas ko-as.
(Ya kalo jaga bareng lagi gak ada pasien kan jadi sering cerita-cerita gak jelas).

Iki bilang kalo sepertinya gw udah berhasil mewujudkan apa yang gw pengen, karena dulu kan gw pengennya traveling setelah lulus dan bisa cari duit.

Bahkan gw sendiri gak inget pernah ngomong gitu ke dia !

Indeed, dari jaman dulu gw emang gak terlalu tertarik dengan menikah, berkeluarga dan punya anak cepet (di usia muda).
Simply because I love traveling so much.

Bahkan gw berpikir, nanti kalo dapet partner yang sama-sama suka traveling dan kita menikah, anak-anak juga mau diajak traveling sedini mungkin.

Dulu sempat gw punya pendapat, kalau traveling yang gw inginkan adalah setelah punya duit banyak.
Ternyata traveling semakin murah dan mudah akhir-akhir ini, jadi ternyata pendapat itu salah.

Waktu gw traveling pertama kali ke luar negri di tahun 2009 pun, duit di rekening masih pas-pasan.
But I was so eager to explore another side of this continent... dan pulang dengan hampir semua dana terkuras di tabungan gw. What a sweet life : )

So far, 114 cities and 24 countries (yang kehitung) and hopefully it goes on and on..






Ketemu teman lama emang bikin kita jadi mengingat mimpi-mimpi yang pernah kita ucapkan dulu.

And I'm glad I made most of it these days ...

Thursday, October 24, 2013

.: Indonesia yang aneh :.

Orang-orang Indonesia emang suka aneh, kalo gak bisa dibilang gada kerjaan.

Baru-baru ini orang nomor satu di DKI Jakarta bikin kebijakan bahwa topeng monyet harus dihapuskan di provinsi tsb mulai tahun 2014.

Akibatnya, untungnya berdampak baik kepada monyet-monyet yang selama ini ditangkap liar, disiksa supaya bisa berjalan tegak, sebelum dipekerjakan tanpa upah tetap oleh manusia pemiliknya.
Untuk dokumentasi lebih lengkapnya bisa dilihat langsung di situs JAAN
http://jakartaanimalaid.com/blog/?p=1551

Sebagai manusia dan sesama makhluk ciptaan Tuhan, tentunya saya pribadi mengapresiasi secara positif gebrakan yang dilakukan oleh Jokowi. Terlepas dari apakah tindakan yang beliau ambil didasarkan atas dorongan berbagai kelompok pecinta binatang (yang juga banyak di-inisiasi oleh orang bule).

Eksploitasi terhadap binatang, apalagi primata cerdas yang mirip manusia seperti monyet macaque emang memuakkan. Dan eksploitasi tersebut bisa disaksikan bebas di ruang publik di negara yang bernama Indonesia.

Memalukan, buat saya, kalau ditanya oleh teman bule saat berkunjung ke Indonesia.

Buat mereka hal itu seperti pameran kekejaman yang diekspos terang-terangan.
Dan sayangnya hal itu seperti bisa diterima di masyarakat kita, bahkan seperti mendidik anak-anak kita yang masih kecil, bahwa memperlakukan dan menyiksa binatang seperti itu adalah okay.

Indonesia memang negara yang indah, dan kita dikaruniai berbagai macam binatang serta tumbuhan yang hanya bisa hidup di negara tropis.
Sayangnya, kita belum bisa menghargai dan memelihara kekayaan yang kita punya.

Bukannya dijaga tapi malah ditangkap (secara liar), diperjual belikan, lalu dieksploitasi demi keuntungan yang katanya berkisar 40-80 ribu per hari.

Ini miris sekali.

Contoh, orangutan endemik asal pulau Borneo, terdapat di dua negara yaitu Indonesia dan Malaysia.

Tapi bisa dibilang bahwa orangutan yang tinggal di negara bagian Malaysia mendapat perlakuan lebih baik daripada orangutan yang diam di Kalimantan bagian Indonesia.

Pemerintah Malaysia yang lebih pintar melindungi aset mereka bisa membuat sanctuary khusus untuk orangutan di wilayah Serawak (yang sebenernya hanya sebagian kecil dari besar wilayah keseluruhan pulau Borneo). Sanctuary ini mendatangnya pemasukan banyak bagi turis asing yang ingin melihat orangutan di alam.

Ingat, orangutan adalam endemik hanya di dua negara. Indonesia dan Malaysia (bagian kecil dari Borneo itu).

Tapi sedihnya, teman-teman bule yang saya kenal malah lebih mengenal Indonesia sebagai negara yang membunuh orangutan demi lahan kelapa sawit.
Ini sangat menyedihkan dan melukai hati saya sebagai anak bangsa, tapi memang itulah kenyataannya.

Kembali ke kebijakan topeng monyet di Jakarta.

Ada banyak reaksi pro-kontra akibat kebijakan Jokowi tsb.

Yang kontra, bilang kalau dari sekian banyak persoalan yang menjadi pe-er ibukota, kenapa Jokowi malah ngurusin binatang.
Persoalan anak jalanan, contohnya, lebih urgen untuk ditangani.

Inilah anehnya orang kita, pemimpin yang gak ngapa-ngapain kena kritik.
Banyak ngapa-ngapain dikritik juga.

Lebih aneh lagi, tapi nyata, adalah pemimpin yang berasal dari partai dengan nuansa agama.
Sepertinya apapun yang dilakukan, karena berasal dari partai tsb, bisa mendapat pembenaran.
Ini juga menyedihkan, karena Tuhan dipakai pembelaan untuk kelakuannya yang jelas-jelas salah.

Sebagai contoh yang ekstrem, kolega saya (seorang dokter juga) adalah partisipan dari partai bernuansa agama tsb. Dulu waktu Foke bertanding dengan Jokowi untuk posisi no.1 di Jakarta, status di wall Fb-nya penuh dengan black campaign. Menjelek-jelekkan Jokowi yang ndeso dan menyanjung Foke yang incumbent. Dengan membawa-bawa nuansa agama juga.

Setelah Jokowi terpilih, masih menjelek-jelekkan juga. Berkilah bahwa ada black campaign yang dilakukan oleh pendukung Jokowi.
Rasanya ini tipikal orang Indonesia, fanatik sampe mati.
Mau bener atau salah, yang penting partai harus menang.

Dengan catatan, bahwa kolega saya itu seorang dokter, yang dianggap golongan terdidik, tapi mempunyai pola pikir sangat sempit- tentunya itu fakta yang menyedihkan buat saya.
Sedih karena berpikir, bahwa lebih mudah lagi bagi mereka yang kurang terdidik untuk 'dibodohi' oleh politikus berkedok pemimpin atas nama partai bernuansa agama.

Selain itu- alasan kenapa Jokowi tidak menyelesaikan persoalan anak jalanan- menurut saya bukan persoalan Jakarta semata.

Saya bukan membela Jokowi, tapi lebih ingin menyalahkan pemerintah pusat.

Permasalahan kenapa banyak orang pergi ke kota adalah, karena pembangunan di desa sangat tertinggal.
Petani kurang mendapat dukungan dan bantuan dari pemerintah.
Makanya mereka pergi ke kota-kota besar untuk jadi pengemis, gelandangan, anak jalanan.

Ini persoalan Kementrian Pendidikan dan BKKBN juga, yang gagal menekankan pentingnya pendidikan dasar atau sekolah kejuruan- dimana orang bisa mandiri, dan persoalan banyaknya anak sehingga tidak semuanya bisa mendapat perhatian atau pendidikan cukup.

Masalah klasik ini sudah pernah dikemukakan oleh Ibu Kartini pada awal abad 19, dimana saat itu tanah Jawa masih dikuasai oleh Nederlands atau bangsa Belanda.

Kalau masalah ini masih jadi persoalan setelah Indonesia 67 tahun merdeka, maka sangat ironis jadinya.
Ternyata pemimpin dari bangsa sendiri pun tidak bisa membawa Indonesia ke arah kemakmuran.

Lebih ironis lagi, kemakmuran sebenernya terjadi di negeri ini.
Tapi hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang- dinasti politik Banten sebagai contohnya.

Kenapa ada orang yang perlu 11 mobil mewah?
Apakah perlu punya mobil Lamborghini di Jakarta, dimana jalannya lebih sering macet sehingga maksimal kendaraan hanya bisa dipacu 50-70 km per jam?

Kenapa juga orang kita sering meng-apresiasi orang yang punya barang mahal seperti mobil mewah?
Apakah nilai seperti kejujuran, atau hidup sederhana sudah tidak dihargai lagi oleh orang jaman sekarang?

Waktu kecil saya sering diajarkan oleh kakek, nenek dan orang tua saya seperti ini:
" Yang benar harus diikuti, walaupun kelihatannya tidak ada orang yang mengambil jalan itu. Sebaliknya yang salah, harus dihindari walaupun semua orang sepertinya mengikuti jalan tsb.
Masa kamu mau nyemplung ke sumur kalau semua orang nyemplung sumur ? "

Ini analogi yang sederhana bagi anak kecil (seperti saya dulu) tapi sekarang saya mengetahui apa maksud dari mereka memberi nasehat itu.

Tapi sepertinya pesan seperti ini sudah jarang disampaikan lagi oleh orangtua jaman sekarang.

Dalam bentuk sederhana ada banyak pelanggaran di sekitar kita; buktinya anak SD mengemudikan motor (atau mobil! dan nabrak orang seperti AQJ), bahkan orang tua mereka mengemudikan mobil di jalur busway, dan motor naek trotoar.
Dalam bentuk ekstrem, adalah kasus pembunuhan oleh pejabat (yang nikah siri), korupsi besar-besaran dan terstruktur seperti dinasti politik Banten.

Apakah karena korupsi dilakukan berjamaah, termasuk oleh petinggi MK, maka bisa mendapat pembenaran?

Baiklah. Topik pembicaraan ini memang sengaja dibuat melebar. Mulai dari penyiksaan binatang yang gak bisa diterima, hingga ke korupsi berjamaah.

Tapi pada intinya satu, bangsa Indonesia perlu kembali belajar tentang nilai-nilai dasar.

Makanya gak heran politisi seperti Jokowi, Ahok, Dahlan Iskan mendapat hati di tempat rakyat. Karena sesungguhnya di kedalaman hati kita, ada kerinduan supaya profil 'pembela kebenaran' datang dan menyelamatkan Indonesia yang carut marut dengan segala permasalahannya.
Sebaliknya banyak politisi berduit, dengan segala sepak terjangnya untuk 'membeli' hati rakyat, tapi malah dibenci karena melambangkan ketidakjujuran (seperti ARB dari partai G).

Andai saja lebih banyak orang kita yang traveling melihat dunia, atau sedikitnya membuka mata hati dan rendah hati untuk belajar.

Belajar kejujuran dan kerja keras pada orang Jepang. Yang walaupun dibom hancur-hancuran saat tahun 1945, tapi sekarang telah menjadi salahsatu kekuatan besar di Asia.

Atau belajar nilai taat pada aturan ke Singapura. Negara kecil tetangga ini tadinya sangat miskin dan tidak punya sumber daya alam saat 'dipaksa' merdeka pada tahun 1965.
Tapi sekarang mereka telah belajar 'memanfaatkan' apa yang mereka punya selain sumber daya alam, yaitu sumber daya manusia yang terdidik.

Kita adalah bangsa yang besar, kaya dan dulu disegani di mata dunia.
Penjajah kita Belanda mengetahui hal ini, makanya mereka menggunakan politik mengadu domba (devide et impera) atau memecah belah.

Kata 'persatuan' adalah sesuatu yang ditakuti oleh jumlah penjajah Belanda yang jauh lebih sedikit dibanding bangsa pribumi.

'Persatuan' mengakibatkan bangsa pribumi mampu membela hak mereka untuk kemerdekaan.

Setelah kemerdekaan di tangan kita, kata 'persatuan' itu juga ditakuti oleh pemimpin Orde Lama.
Makanya golongan minoritas tertentu selalu dipisahkan, dianggap bagian lain dari bangsa ini- walaupun puluhan tahun sudah tinggal di tanah air.

Kini, 'persatuan' adalah sesuatu yang hampir musnah didengar.
Apalagi dengan adanya partai berwarna-warni tanpa visi kenegaraan yang jelas.


Tulisan ini bakal berakhir, mungkin tanpa kesimpulan.
Hanya sebuah curhatan hati atas berbagai permasalahan bangsa yang menyesakkan.

Mungkin di masa depan, saya berpikir untuk tinggal di luar negri- agar lebih bisa menikmati dari kejauhan. Mungkin saja bisa, yang pasti Indonesia tidak pernah hilang dari pemikiran anak-anak bangsanya.

Tuesday, October 08, 2013

.:. pengarang yang buruk .:.

Pengarang yang buruk

Kalau ada dua tipe penulis/pengarang, maka saya termasuk penulis/pengarang yang buruk.

Pengarang yang baik menurut saya, adalah seseorang yang bisa menulis sesuatu dengan indah. Misalnya menggambarkan suatu peristiwa atau tempat jadi semirip mungkin dengan pengalamannya. Orang-orang yang membaca jadi merasa berada di tempat yang sama, atau merasakan pengalaman yang dialaminya.
Pengarang yang baik juga bisa membangkitkan rasa.
Iya paling penting itu kayanya.
Membangkitkan rasa dalam diri manusia, entah itu positif seperti kegembiraan dan jatuh cinta atau emosi lainnya seperti kesedihan atau perasaan takut, lewat tulisannya.

Bisa dibilang saya pengarang yang buruk, soalnya apa yang saya tulisan memang bukan ditujukan untuk penulis. Tapi untuk diri sendiri.
Ya saya menulis karena ingin.
Itu sebabnya banyak banget tulisan yang gak selesai, karena memang dibuat untuk mencurahkan hati aja.
Tanpa tujuan, tanpa mesti ada kesimpulan.

Dengan harapan para pembaca gak akan keberatan.
Karena toh tidak ada yang membaca juga …. hahaha…

Tapi ada 1 tipe lagi yang paling luar biasa.
Yaitu pengarang yang bisa membangkitkan jiwa pengarang dalam dalam diri orang lain (terutama pengarang pemalas seperti saya : )

Namanya adalah Paulo Coelho.

Entah kenapa, setiap baca tulisan dia, rasanya ada suatu rasa yang berteriak dalam diri : untuk dicurahkan dalam bentuk tulisan.
Walaupun gak ada yang penting untuk disampaikan… tapi ya, dia berhasil memaksa rupanya.

So, inilah sebuah tulisan pada suatu malam Selasa yang indah.


:.: . .:. . :.: . .:. . :.: . .:. . :.: . .:. . :.: . .:. . :.: . .:. . :.: . .:. . :.:

 

Hidup itu emang aneh.
Aneh karena, seperti kata nenek (atau orang yang lebih tua bilang) kadang kita ada di atas, kadang kita ada di bawah.

Aneh juga, karena kadang kita berusaha mengejar sesuatu tapi gak berhasil dapet pada akhirnya.
Eh saat kita cuman duduk diem berdoa taunya ada yang nawarin kerjaan.

Hari ini saya mulai dengan bersih-bersih kamar dan rumah.
Terkumpullah beberapa barang yang bisa diberikan ke tukang pemulung, salah satunya tas selempang Zara yang udah jarang dipakai.
Ya sebetulnya agak berat untuk melepas tas Zara ini, walaupun bentuk fisiknya udah gak menarik karena kulitnya terkelupas sana sini (dan umurnya tua) tapi benda ini punya banyak nilai historis. Karena dibeli di Genova, Italia- dimana dipakai pertama kali saat dating sama cowo Italia pujaan hati (saat itu).

Anyway, setelah dipikir ulang, mungkin udah saat melepas tas itu (dan juga kenangan yang menyertainya).

Keberuntungan itu didapat oleh tukang loak yang lewat jam 10an.

Tukang loak sebenernya ada banyak yang lewat depan rumah.
Shift pertama bisa lewat sebelum jam 7 pagi, lalu jam 8, kemudian 9.30, dan sangat jarang diatas jam 10. Biasanya malah tukang sampah yang seringnya lewat kalau udah siang.

Ajaibnya dan untungnya, si tukang loak ini lewat pas saat saya udah selesai beres-beres.
Maka berpindahtangan lah Zara di Genova ke tangan mang tukang loak.

Ini mengingatkan saya akan kesempatan yang banyak lewat depan mata dan kejelian untuk menangkap peluang tsb.

Sebulan setengah yang lalu, yang rasanya udah lama banget, karena dalam 45 hari aja saya udah melewati batas 5 negara - temen baik saya di HQ menawarkan kesempatan untuk bantu penelitian di bidang kesehatan reproduksi.
Topik yang kebetulan sangat menarik dan tentu aja saya bersedia untuk mencoba.
CV pun dikirim dan wawancara lewat Skype diadakan - antara tim di HQ Geneva dan dari sebuah rumah di Prancis Selatan.

Gak berapa lama, mereka bilang kalau tertarik untuk merekrut saya buat short term.

Kontrak pun ditandatangan beberapa hari setelah saya sampai di Indonesia pada pertengahan bulan September, sesuai dengan waktu yang saya minta.

Kehidupan saya saat ini bisa dibilang sangat aneh dan sedikit abnormal.
Tapi dalam artian yang bagus, tentunya.

Seberapa banyak orang bisa liburan ke Eropa dalam waktu 1 bulan setengah? Pulang liburan malah dapet kerjaan pula.
Seberapa banyak orang yang bisa kerja dari rumah, dengan waktu yang fleksibel, tapi dengan bayaran yang sama (bahkan lebih) kaya kerja full time kantoran?

Seperti mimpi.
Itu kadang yang saya rasakan.

Tahun ini begitu banyak dinamika dan mobilitas, membawa gak sedikit perubahan ke dalam hidup juga.

Januari di Kamboja dan Malaysia, Februari pindah ke Jakarta, Juli terbang ke Barcelona, Agustus di Prancis selatan, September di Yunani, transit Istanbul, dan acara di Bali, dan Oktober akhirnya kembali ke Bandung.

Semua tempat yang dikunjungi itu mengingatkan saya akan orang-orang yang ditemui dan menyisakan kenangan bersamanya, manis maupun pahit. 

Malam ini, jikalau saya bisa menyimpan semuanya dalam dua kotak- maka kotak yang pahit akan saya buang ke tukang loak.
Segala sesuatu yang sudah tidak berguna, atau hanya menambah sesak ruangan memang seharusnya dipindahkan ke tempat lain.

Kotak yang manis, tentunya akan saya simpan.
Supaya suatu saat kalau perlu, bisa dibuka dan mengenang bahwa pernah ada sesuatu yang baik terjadi dalam kehidupan saya.







Bonne nuit et au revoir.