Tuesday, November 30, 2010

how He loves us

blogwalking in random, then stumbled upon this song ...

i cried ... a lot





i hope it has the same impact to your soul

JLu

Wednesday, November 17, 2010

Indonesia butuh pemimpin

Indonesia adalah negara yang besar, kaya dan makmur.
Negara yang pernah dipimpin oleh patih besar Majapahit (atau seperti itulah yang diajarkan waktu jaman sekolah) beberapa abad yang lampau, masih konsisten diakui kini sebagai negara yang besar dan kaya oleh warga negara dunia.

Dengan jumlah penduduk hampir 230 juta yang tersebar di luas wilayah hampir 2 juta kilometer persegi, mudah untuk mengakui bahwa Indonesia MEMANG negara yang besar secara kuantitas.

[ Sebagai perbandingan, negeri Belanda - tempat dimana saya tinggal sekarang mempunyai populasi hanya 16 juta saja- dengan luas wilayah hanya sekitar 42 ribu kilometer persegi saja.

Yang artinya : Jumlah penduduk di Indonesia = 14 x lebih banyak dari penduduk Belanda; dengan luas wilayah Indonesia = 50 x luas wilayah Belanda. ]

Tapi jumlah penduduk dan luas wilayah tentu saja tidak selalu berarti rakyatnya akan makmur.
Juga, sejarah telah membuktikan jaman dahulu kala Belanda dengan negaranya yang kecil dan kekurangan sumber daya alam mampu menjajah Indonesia dan banyak negara kolonial lainnya.
Dan menjadikan negara kecil ini salahsatu negara yang paling makmur di abad 16, JUGA sekarang setelah menjadi bagian dari Uni Eropa.

Apa sih yang dibutuhkan Indonesia untuk bisa jadi negara yang lebih maju dari keadaan sekarang?

Indonesia BUKAN negara yang miskin.
Bukan lautan, hanya kolam susu. Itu kata orang jaman dulu DAN jargon tersebut masih berlaku hingga sekarang.

Lautnya kaya. Nelayan dari ujung Sabang sampai Merauke bisa bertahan hidup dengan sumber daya alam dari laut. Juga potensi wisatanya menarik banyak wisatawan mancanegara.
Tanahnya juga subur. Walaupun banyak gunung berapi - yang ditakuti tapi juga dikagumi- daerah vulkanik selalu kaya akan mineral yang dibutuhkan tanah sehingga bisa dipakai bercocok tanam.
Selain alam, banyak potensi lainnya dari Indonesia.
Jumlah penduduk yang banyak membuat tenaga kerja di Indonesia sangat murah sehingga banyak perusahaan asing mau menanamkan modalnya untuk prospek bisnis.
Secara kualitas, manusia Indonesia tidak kalah bersaing dengan warga negara dunia.
Ini sudah dibuktikan di tingkat kompetisi internasional; dimana Indonesia mampu menempati peringkat terhormat dalam berbagai kompetisi bidang intelektual.

Tapi kenapa sih setelah 65 tahun merdeka rasanya Indonesia masih berjalan di tempat ?

Kebodohan.
Tidak mau belajar dari kesalahan pemimpin yang dahulu.
Korupsi, manipulasi dalam politik dan tidak ada integritas dari seorang pemimpin.

Konsumtif.
Keuntungan bagi penanam modal, mau jual apa saja di Indonesia pasti laku.
Mulai dari artis hingga orang yang gajinya pas-pasan semua pengen punya blekberi biar keren.

Cinta akan uang.
Bisa dibilang ini bukan masalah eksklusif di Indonesia.
Paris Hilton dan siapapun di belahan dunia ini pasti punya rasa tidak aman kalau tidak punya uang untuk belanja dan memenuhi kebutuhan dasar.
Tapi bisa dibilang akar dari korupsi adalah TIDAK pernah PUAS akan UANG.
Gayus dengan gaji hanya beberapa juta baru puas dengan beberapa milyar.

Juga, TIDAK PEDULI dengan orang lain.
Di Jakarta, ada mall yang menjual tas Louis Vitton dengan harga 10 juta per buah dan masih ada yang beli. Padahal 3 kilometer dari Grand Indonesia masih ada orang yang hidup hanya dengan 20 ribu rupiah per hari.

KETIDAKADILAN ini juga terorganisir mulai dari level nasional.
Contohnya tentu aja mulai dari yang terhormat Bapa SBY - orang laen mesti macet 3 jam untuk pergi ke kantor tiap hari. Orang nomor 1 di negara ini tinggal masih di kota yang sama tapi pasti dia udah lupa yang namanya macet kaya gimana.

Juga mungkin dia lupa siapa yang memilih dia pada waktu pemilihan umum beberapa tahun lampau.
Intinya saat ini yang dia inget mungkin orang-orang sekitaran dia yang kepada siapa dia berhutang dan saat ini tibalah saat 'pembayaran'.

Yang dibutuhkan Indonesia adalah:

Pemimpin yang tidak bisa dibeli, dengan apapun juga. Duit, kehormatan, kekayaan.
Tapi yang menjaga suara hatinya sesuai dengan jeritan hati rakyat.
Yang bisa berjalan ditengah tengah rakyatnya tanpa banyak pengawalan,
karena tau dari situlah dia berasal dan dari situlah dia aman karena dicintai rakyatnya.

Mungkin ini hanya utopia, yang ada di dongeng klasik jaman Majapahit.

Bung Hatta, ibu Kartini, this one for you,
we hope there will be more of you in the future.

PS. Catatan buat anak muda yang baca ini, mungkin kalian udah kenal biografi Justin Bieber/ Kristen Stewart/ C. Ronaldo.

Tapi kalian perlu tau kalo Bung Hatta tuh founding father of Indonesia...
http://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta
"Pendidikan lah yang mampu memerdekaan rakyat"

Juga Kartini, tokoh emansipasi Indonesia yang meninggal setelah melahirkan anak pertamanya. Ironisnya setelah puluhan tahun beliau meninggal, angka kematian ibu di Indonesia masih peringkat pertama di Asia Tenggara!
http://id.wikipedia.org/wiki/Kartini

Lagi-lagi PENDIDIKAN buat Ibu Kartini adalah faktor penting untuk memajukan kaum wanita.
(Dan dia dilarang untuk sekolah dokter karena waktu itu dibilangin:
"Udah deh, ngapain sekolah toh udah mo dikawin ini")

Tanpa tokoh-tokoh perjuangan ini:
aku saat ini, mungkin tidak akan berada disini.
Aku mungkin masi terjajah dengan kebodohan, ketidakadilan sosial, dan pada akhirnya kemiskinan. . . . . . . .

Amsterdam, 17 November 2010

Sunday, April 25, 2010

Kehidupan seringan bulu

Menjadi bahagia itu sangat mudah.

Bukan karena kita mempunyai kecantikan/ketampanan,
atau memiliki kekayaan,
atau kekuasaan,
atau apapun yang bisa kita inginkan.

Kebahagiaan itu bisa saja karena,
senyum dari seseorang yang telah kita tolong,
tawa yang dibagi bersama seorang sahabat,
atau tangisan karena berbagi kesedihan.

Kebahagiaan bisa berarti,
hangatnya sinar matahari di pagi yang dingin,
makanan yang ditawarkan pada saat kelaparan,
uluran tangan disaat jatuh.

Menjadi bahagia adalah sebuah pilihan.

Apakah kita akan membuka hati kita kepada sesama,
atau mengumpulkan semuanya untuk diri sendiri.

Kebahagiaan tidak bersyarat.

Dia tidak menanti saat yang tepat,
dia datang hanya pada saat kita bersyukur pada apa yang kita miliki.



Sunday, March 21, 2010

sehat vs Persib

Sudah menjadi lelucon umum di kalangan praktisi kesehatan lokal jika
"anggaran kesehatan kita kalah dengan anggaran stadion Persib."


Pemerintah daerah lebih peduli agar sepakbola menjadi tontonan nomor satu dan Persib jadi juara, daripada membenahi permasalahan di bidang kesehatan seperti misalnya, fakta provinsi Jawa Barat (dan kota Bandung) menjadi juara satu di angka kumulatif kasus HIV.

Lagi-lagi, anggaran kesehatan dipotong supaya Bandung bisa punya stadion sepakbola, padahal masih banyak masalah lain yang seharusnya menjadi prioritas Pemerintah Daerah : tata kota semrawut yang mengakibatkan banjir dan kemacetan lalu lintas, masalah banyaknya pengemis dan gelandangan di sepanjang jalan utama kota Bandung.

Pada intinya, seharusnya Pemda lebih memprioritaskan pada perbaikan basic need penduduk, instead of menginvestasikan dana (yang tidak sedikit) pada infrastruktur yang ke-efektifitas-annya juga masih dipertanyakan, apakah iya jika stadion tersebut rampung dibangun apakah bisa memperbaiki kinerja Persib misalnya?


Ataukah akan menambah masalah baru; kemacetan, penambahan pelanggaran lalu lintas setiap Persib bertanding, yang ujung-ujungnya menurunkan popularitas masyarakat terhadap dunia per-sepakbola-an nasional.


Sebaliknya, anggaran kesehatan akan berdampak lebih besar kepada kualitas hidup orang banyak.
Masyarakat yang sehat berarti, sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan pada akhirnya akan menunjang pemasukan Pemda juga.

Sungguh sulit menjadi seorang pemimpin, atau lebih tepatnya, sungguh sulit menjadi seorang pemimpin yang benar.


Barack Obama saat ini sedang disorot karena program reformasi kesehatannya.

Pemerintah Amerika Serikat bisa dibilang sedang dalam critical point, jika program ini berhasil maka Presiden yang sekarang akan selalu diingat untuk keberhasilan yang dia raih, tapi ada juga kemungkinan gagal. Tapi selama program ini memang bermanfaat untuk orang banyak, dan pro-kontra yang bermunculan, setidak-tidaknya sesuatu yang baik sudah dipikirkan oleh pemerintahnya.

Belajar dari kasus negara maju (dan juga negara berkembang lainnya) anggaran kesehatan yang proporsional selalu berkaitan dengan kualitas hidup manusianya.
Saat ini kita punya menteri kesehatan yang bagus dan pakar di bidang ilmu kemasyarakatan.
Beliau terpilih jelas bukan karena dekat dengan orang nomor 1 tapi karena kompetensinya yang bukan sembarangan.

Mudah-mudahan kedepannya kita akan melihat banyak kontribusi yang berarti di bidang kesehatan.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang.

Pak Dada Rosada mungkin untuk selamanya akan diingat sebagai pemimpin yang mementingkan sepakbola daripada kesehatan masyarakatnya.


Lagi-lagi, pendidikan dan kesehatan penduduk kalah pamor dengan kepentingan Persib yang hanya diwakili segelintir orang saja.


Sungguh malang dikau warga kota Bandung, mari kita tunggu pemimpin berikutnya yang lebih sadar kepentingan dan bijaksana dalam mengambil keputusan.


Tuesday, February 23, 2010

Preparing for the interview :: AED application

Yes, I finally get call from one of the scholarship that I've applied last year.
It's from the AED Jakarta.

And here's some things that I prepared for the interview.

Tips from Mr. Google
http://www.scholarshiphelp.org/interview.htm

http://www.eastchance.com/howto/interview.asp

http://opsf.byu.edu/Advice/ScholarshipInterviewQuestions.aspx
And I asked one of my colleagues to have this rehearsal, days before the real interview.
[ It was very helpful actually ! ]


My interview was re-scheduled twice or three times, before I got an exact day, which was on Monday.
Because I need to come along way to go from Bandung to Jakarta, I spared 4 hours in a trip (so I could showed up early, an hour before my appointment)
I could actually talked to others candidates, to see how they prepared (or not), and estimating my chance :-)

However, it was a nice interview. It was like any intimidating interview but still, I was nervous and I could felt I want to fainted any time.

The interviewers consisted of 5 persons, one of them threw most of questions.
Three persons sat in the back, took notes most of the time.

These were some of those questions that shown up during the interview
(90% I already familiar with throughout a rehearse interview :-)

  • Why you choose/interested to apply AED
  • Why reproductive health (or why did you choose this major)
  • Tell me about your organization, what the focus of your organization
  • Have you ever been working for the government, can you tell the difference working with government compare with your current institution
  • In your CV, you wrote about 'volunteer in charity events' , can you tell me more about it.
  • If you received a scholarship, then you have to live in US by yourself (without your family, spouse) what are you gonna do about it
  • What you're gonna do to motivate yourself in order to get a good GPA
  • What makes us to choose you as a candidate who received the scholarship (what makes you 'different' from others candidates)
  • What did you do in your spare time (one of my answer was traveling, then) have you ever traveling abroad and where

Tuesday, January 05, 2010

pipop nyari majikan baru : Need new home !


Lihatlah tampang anjing yang malang ini .... dia butuh rumah baru, untuk temen-temen yang berniat mengadopsi tolong hubungi email ini ya : laracroft_18[at]yahoo[dot]com