Sudah menjadi lelucon umum di kalangan praktisi kesehatan lokal jika
"anggaran kesehatan kita kalah dengan anggaran stadion Persib."
Pemerintah daerah lebih peduli agar sepakbola menjadi tontonan nomor satu dan Persib jadi juara, daripada membenahi permasalahan di bidang kesehatan seperti misalnya, fakta provinsi Jawa Barat (dan kota Bandung) menjadi juara satu di angka kumulatif kasus HIV.
Lagi-lagi, anggaran kesehatan dipotong supaya Bandung bisa punya stadion sepakbola, padahal masih banyak masalah lain yang seharusnya menjadi prioritas Pemerintah Daerah : tata kota semrawut yang mengakibatkan banjir dan kemacetan lalu lintas, masalah banyaknya pengemis dan gelandangan di sepanjang jalan utama kota Bandung.
Pada intinya, seharusnya Pemda lebih memprioritaskan pada perbaikan basic need penduduk, instead of menginvestasikan dana (yang tidak sedikit) pada infrastruktur yang ke-efektifitas-annya juga masih dipertanyakan, apakah iya jika stadion tersebut rampung dibangun apakah bisa memperbaiki kinerja Persib misalnya?
Ataukah akan menambah masalah baru; kemacetan, penambahan pelanggaran lalu lintas setiap Persib bertanding, yang ujung-ujungnya menurunkan popularitas masyarakat terhadap dunia per-sepakbola-an nasional.
Sebaliknya, anggaran kesehatan akan berdampak lebih besar kepada kualitas hidup orang banyak.
Masyarakat yang sehat berarti, sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan pada akhirnya akan menunjang pemasukan Pemda juga.
Sungguh sulit menjadi seorang pemimpin, atau lebih tepatnya, sungguh sulit menjadi seorang pemimpin yang benar.
Barack Obama saat ini sedang disorot karena program reformasi kesehatannya.
Pemerintah Amerika Serikat bisa dibilang sedang dalam critical point, jika program ini berhasil maka Presiden yang sekarang akan selalu diingat untuk keberhasilan yang dia raih, tapi ada juga kemungkinan gagal. Tapi selama program ini memang bermanfaat untuk orang banyak, dan pro-kontra yang bermunculan, setidak-tidaknya sesuatu yang baik sudah dipikirkan oleh pemerintahnya.
Belajar dari kasus negara maju (dan juga negara berkembang lainnya) anggaran kesehatan yang proporsional selalu berkaitan dengan kualitas hidup manusianya.
Saat ini kita punya menteri kesehatan yang bagus dan pakar di bidang ilmu kemasyarakatan.
Beliau terpilih jelas bukan karena dekat dengan orang nomor 1 tapi karena kompetensinya yang bukan sembarangan.
Mudah-mudahan kedepannya kita akan melihat banyak kontribusi yang berarti di bidang kesehatan.
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang.
Pak Dada Rosada mungkin untuk selamanya akan diingat sebagai pemimpin yang mementingkan sepakbola daripada kesehatan masyarakatnya.
Lagi-lagi, pendidikan dan kesehatan penduduk kalah pamor dengan kepentingan Persib yang hanya diwakili segelintir orang saja.
Sungguh malang dikau warga kota Bandung, mari kita tunggu pemimpin berikutnya yang lebih sadar kepentingan dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
Showing posts with label kesehatan. Show all posts
Showing posts with label kesehatan. Show all posts
Sunday, March 21, 2010
Tuesday, February 23, 2010
Preparing for the interview :: AED application
Yes, I finally get call from one of the scholarship that I've applied last year.
It's from the AED Jakarta.
And here's some things that I prepared for the interview.
[ It was very helpful actually ! ]
However, it was a nice interview. It was like any intimidating interview but still, I was nervous and I could felt I want to fainted any time.
The interviewers consisted of 5 persons, one of them threw most of questions.
Three persons sat in the back, took notes most of the time.
These were some of those questions that shown up during the interview
(90% I already familiar with throughout a rehearse interview :-)
It's from the AED Jakarta.
And here's some things that I prepared for the interview.
And I asked one of my colleagues to have this rehearsal, days before the real interview.Tips from Mr. Googlehttp://www.scholarshiphelp.org/interview.htm
http://www.eastchance.com/howto/interview.asp
http://opsf.byu.edu/Advice/ScholarshipInterviewQuestions.aspx
[ It was very helpful actually ! ]
My interview was re-scheduled twice or three times, before I got an exact day, which was on Monday.
Because I need to come along way to go from Bandung to Jakarta, I spared 4 hours in a trip (so I could showed up early, an hour before my appointment)
I could actually talked to others candidates, to see how they prepared (or not), and estimating my chance :-)
Because I need to come along way to go from Bandung to Jakarta, I spared 4 hours in a trip (so I could showed up early, an hour before my appointment)
I could actually talked to others candidates, to see how they prepared (or not), and estimating my chance :-)
However, it was a nice interview. It was like any intimidating interview but still, I was nervous and I could felt I want to fainted any time.
The interviewers consisted of 5 persons, one of them threw most of questions.
Three persons sat in the back, took notes most of the time.
These were some of those questions that shown up during the interview
(90% I already familiar with throughout a rehearse interview :-)
- Why you choose/interested to apply AED
- Why reproductive health (or why did you choose this major)
- Tell me about your organization, what the focus of your organization
- Have you ever been working for the government, can you tell the difference working with government compare with your current institution
- In your CV, you wrote about 'volunteer in charity events' , can you tell me more about it.
- If you received a scholarship, then you have to live in US by yourself (without your family, spouse) what are you gonna do about it
- What you're gonna do to motivate yourself in order to get a good GPA
- What makes us to choose you as a candidate who received the scholarship (what makes you 'different' from others candidates)
- What did you do in your spare time (one of my answer was traveling, then) have you ever traveling abroad and where
Labels:
aplication,
application letter,
dog need home,
kesehatan,
Obama,
pendidikan,
scholarship,
vision
Thursday, February 05, 2009
jika aku menjadi : bukan politisi, tapi wakil rakyat
menyikapi maraknya kampanye para caLeg . . . . .
jika aku menjadi (bukan politisi) wakil rakyat,
maka aku akan memprioritaskan pada tiga hal, yaitu
1. kesehatan
Sudah jelas hanya orang sehat yang bisa produktif (artinya, kalau dia kepala rumah tangga, bisa kerja dan menghasilkan uang untuk menghidupi keluarganya. kalau dia ibu rumah tangga, bisa menyiapkan sarapan untuk anaknya, mengurus keperluan keluarganya. kalau dia anak usia sekolah, bisa aktif mengikuti pelajaran di sekolah, dsb).
2. pendidikan
Karena orang tidak berpendidikan cenderung menjadi korban segala sesuatu (alias, mudah dibodohi, gampang dijual keluar daerah menjadi TKI atau PSK kalau dia perempuan). Orang yang berpendidikan rendah juga tidak punya banyak pilihan (mau kerja dengan gaji yang kecil, atau pekerjaan kasar- jadi buruh, bisa dieksploitasi oleh orang yang lebih berkuasa, dst)
Dengan modal pendidikan, seorang ayah bisa mendapatkan gaji yang layak untuk menghidupi keluarganya, anak-anak bisa sekolah. Seorang ibu yang pintar bisa membesarkan anak dengan cara yang benar, mengatur keuangan keluarga. Tidak ada investasi yang lebih bermakna dan berguna untuk seorang anak selain pendidikan. Pendidikan adalah modal utama dalam membesarkan seorang anak, bukan makanan atau baju, karena hanya dengan pendidikan seorang anak bisa mandiri dan bertahan hidup.
3. transportasi
Transportasi adalah denyut kehidupan sebuah kota. Transportasi massal yang ramah lingkungan, nyaman bagi pengguna dan ekonomis dibutuhkan bagi semua orang. Subsidi BBM bisa ditekan bila penggunaannya efisien (mobil pribadi dibatasi) dan alangkah baiknya dana yang ada dialokasikan untuk kebutuhan lain, seperti kesehatan dan pendidikan. Transportasi massal juga berguna untuk meningkatkan sensitivitas atas kebutuhan orang lain dan interaksi sesama manusia (berjiwa sosialis).
Bagaimana caranya ?
1. Asuransi kesehatan untuk semua orang, dengan skema yang berbeda untuk tiap lapisan masyarakat, Subsidi silang bagi yang tidak mampu. Disini pentingnya pengawasan penggunaan dan aturan yang ketat supaya tepat sasaran.
2. Wajib belajar bukan berarti semua anak mesti bersekolah, pendidikan tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah. Pembuatan dan sosialisasi modul 'Belajar sendiri di rumah' (home based learning/home schooling) sehingga anak jalanan pun bisa memperoleh pendidikan. Baju seragam dan buku pelajaran sekolah tidak mesti sama, bisa disesuaikan dengan kondisi. Bukan ijazah yang penting, tapi bagaimana pembelajaran itu sendiri.
3. Pajak berlapis untuk pemilik kendaraan pribadi lebih dari satu.
Dan alokasinya bisa untuk maintenance transportasi massal yang aman, murah, dan nyaman, serta ramah lingkungan. (Global warming gitu loh)
Labels:
caLeg,
kampanye,
kesehatan,
pendidikan,
politik,
sosialis,
transportasi
Subscribe to:
Posts (Atom)