bukan karena harus bangun pagi. itu sih sudah biasa dan bisa dilakukan asal ada kemauan.
bukan juga karena tidak ada orang yang kenal. sewaktu di kopenhagen pun saya bisa berangkat sendiri ke gereja karena rindu bertemu Tuhan (dan kenalan dengan sodara seiman baru).
kadang kemalesan tersebut disebabkan oleh pembicara, atau hamba Tuhan yang membawakan Firman.
memang sebuah panggilan jika seseorang menjadi hamba Tuhan. dan ada beban tersendiri menjadi penyambung lidah dan membawa Firman Tuhan.
apa yang saya harapkan dari orang-orang yang terpanggil ini, tentunya, mempunyai kedalaman lebih dibanding orang lain tentang Firman Tuhan dan juga mencerminkan sifat dari Tuhan sendiri.
salahsatu contohnya, adalah saat seorang pendeta yang saya kenal (beliau sangat baik, peduli dengan orang disabilitas, people person dan cara membawa Firman juga menarik) pernah menyatakan pernyataan bahwa pelacur = wanita tidak baik-baik.
terus terang saya merasa sangat sedih atas pernyataan beliau di atas mimbar tersebut.
siapakah kita manusia yang bisa menilai, menghakimi orang lain yang tidak kita kenal, sebagai baik atau tidak?
bahkan di dalam Alkitab pun banyak contoh dari Yesus sendiri bergaul dengan para pendosa: pemungut cukai dan wanita tukang selingkuh.
belajar dari pengalaman saya sebagai peneliti kesehatan dari sisi sosial, saya mengenal banyak pelacur yang menjual diri karena dipaksa keadaan.
pelacur bukanlah pekerjaan yang menyenangkan, bahkan untuk orang yang memilih pekerjaan tsb.
siapa yang mau, jika punya pilihan lain, berhubungan seks dengan orang asing dan kadang hanya demi uang 10 ribu rupiah- agar bisa bertahan hidup untuk keesokan harinya.
rasanya gak ada pelacur yang saya kenal merasa bangga dengan pekerjaan mereka dan ingin selamanya berkarir di bidang itu.
ada juga yang dianjurkan melacur oleh orangtuanya sendiri. dibesarkan oleh lingkungan yang beranggapan bahwa pelacur adalah profesi keluarga dan diturunkan.
apapun itu alasannya, bukanlah tugas saya untuk menghakimi bahwa ini benar atau salah saat bersama mereka.
tapi kalau saya berada di posisi yang sama dengan pembicara tsb, ada hal yang ingin saya lakukan berbeda.
saya ingin mengajak semua orang, yang tidak mengerti tentang profesi ini, bahwa menjadi pelacur bukanlah pekerjaan yang mudah.
pelacur ditolak oleh masyarakat, korban dari keadaan, tanpa bisa menolong dirinya sendiri.
korban seharusnya ditolong, tapi ini malah sering di-label 'sampah' oleh orang-orang yang sebenarnya bisa menolong mereka.
bahwa bukan tugas kita di dunia ini untuk menghakimi orang lain, apalagi tanpa mengerti situasi apa yang membawa orang tersebut melacurkan diri.
dan juga semakin kita rajin ke gereja dan mendekatkan diri dengan Tuhan, maka bukankah seharusnya sifat kita semakin menyerupai Dia?
Tuhan sendiri maha kasih, memberikan matahari dan hujan yang sama bagi setiap orang.
adalah Paulo Coelho, salahsatu penulis asal brasil yang karyanya saya kagumi- dalam novelnya 11 menit mengangkat tema kehidupan pelacur.
jauh sebelum membaca karyanya, saya menyadari bahwa pelacur juga manusia, ada di tengah kita -sekeras apapun usaha kita untuk menyangkalinya.
jikalau kita tidak bisa merubah keadaan, maka yang harus dilakukan adalah merubah sikap kita terhadap keadaan tsb.
saya mengambil sikap untuk mencoba memahami, terlebih baik jika diijinkan Tuhan untuk menolong mereka.
hanya mereka yang punya kekuatan yang dimampukan untuk menolong mereka yang lebih lemah.
kembali ke soal males ke gereja. dulu, dan rasa males masih terasa sesekali sekarang.
tapi pertemuan dengan Tuhan tidak selalu harus dibatasi oleh gedung.
kadang saat menolong mereka yang membutuhkan pertolongan, saya lebih merasakan kehadiran Tuhan dibandingkan saat duduk manis di gereja.
" and to love your neighbor as yourself is more important
than all burnt offerings and sacrifices "
~ mark12.33
than all burnt offerings and sacrifices "
~ mark12.33
No comments:
Post a Comment