Love is . . . not loving someone perfect, but loving someone imperfect, perfectly.
Quote taken from http://ayupuspa.blogspot.com/2009/09/toko-jodoh.html
Friday, October 30, 2009
Sunday, October 11, 2009
Mau jadi apa ?
Mau jadi apa bangsa kita kalau tontonan filmnya-nya seperti ini : Melati untuk Marvel, Cinta Fitri, Terlanjur Cinta, Anak Mami Jatuh Cinta (SCTV), Si Amat Anak Pasar Jangkrik, Si Kembar Penjaga Sungai, Terpanggang Tanah Kuburan, Jenazah Melengkung, Kuburan Berbau Bangkai (TPI), Suami-suami Takut Istri (TransTV), Tangisan Isabela, Laila, Inayah (Indosiar), Tarzan Keluar Kampung, Baim Anak Saleh, Cinta dan Anugerah (RCTI).
Dari dulu (sampai sekarang) gue belum bisa- dan rasanya gak pernah bisa menikmati yang namanya sinetron, entah dari sisi sinematografi-nya kurang memuaskan, jalan ceritanya yang gak realistis, aktingnya yang berlebihan (atau bahasa anak gaol sekarang "lebay") dan pada akhirnya, pada satu kesimpulan, gak berguna alias buang-buang waktu.
Yang ada bikin keselllll.....
Entahlah apa diluar negeri sinetron sama aja (rendah) kualitasnya seperti di Indonesia, atau memang Indonesia 'spesialis'nya bikin ginian.
Tapi, salahsatu hal yang bisa gue pelajari dari peristiwa traveling ke sebagian negara di Eropa Barat, adalah kebiasaan nonton TV tuh gak penting-penting amat buat mereka (at least gak seperti mamah-ku yang tiap hari mesti setel TV, entah disimak atau engga acaranya, kadang dia tidur pun TV masih nyala tapi gak merasa terganggu.... hebat deh)
Sama aja dengan kebiasaan membaca, disini kebiasaan membaca masih identik dengan hobi yang 'kutu buku', padahal Moh. Hatta (wakil Presiden RI pertama) juga hobi membaca. (hmmm... its out of topic sih)
Ya kita bisa berkilah bahwa tiap orang punya hobi yang beda, sama seperti ade gua juga gak suka baca dan tiap kali dikasi buku sebagai hadiah ultah misalnya, mungkin dia gak merasa sebahagia dibanding seandainya dikasih 1 season Heroes, atau seri DVD Korea/Jepang.
Waktu kita (gue & temen-red) nginep di Granada, suatu kota di bagian Andalusia, Spanyol, tuan rumah kita punya koleksi buku yang banyak dan lumayan oke.
Terutama buku-buku tentang masakan (and yeah he's a good chef!) dan buku-buku Paulo Coelho. Orangnya juga asik, cakeup, dan punya anjing (loh, gada hubungannya lagi), masih jomlo pula.
Granada adalah tempat yang pasti akan gue kunjungi lagi kalau suatu saat punya kesempatan balik ke Eropa.
Owhya, balik lagi ke topik, anyway, si tuan rumah kita itu, namanya Juanito, dia punya buku tentang sejarah Spanyol. And for us, it's quite cool.
Apalagi kalau ada tamu kaya kita yang memang pengen tau tentang sejarahnya Spanyol, (ehem, gue sih pengen tau, kalau saja seandainya buku tersebut ditulis dalam bahasa Inggris). Dan dia juga fasih, or more less, bisa cerita tentang sejarah Spanyol.
I love books. I really am.
Itulah sebabnya gue memilih teman-teman terbaik gue (or teman-teman yang menurut gue asik diajak hang out) adalah temen-temen yang juga doyan baca.
Dan menurut gue, orang bisa aja gak lulus SD, seperti dulu pembantu yang pernah kerja di rumah kita. Tapi karena dia suka baca -padahal tadinya di rumah kita dia baca koran bekas aja masih harus dieja- dia bisa maju. Atau dia memang orangnya mau berusaha untuk maju, makanya dia suka baca.
Dari dulu (sampai sekarang) gue belum bisa- dan rasanya gak pernah bisa menikmati yang namanya sinetron, entah dari sisi sinematografi-nya kurang memuaskan, jalan ceritanya yang gak realistis, aktingnya yang berlebihan (atau bahasa anak gaol sekarang "lebay") dan pada akhirnya, pada satu kesimpulan, gak berguna alias buang-buang waktu.
Yang ada bikin keselllll.....
Entahlah apa diluar negeri sinetron sama aja (rendah) kualitasnya seperti di Indonesia, atau memang Indonesia 'spesialis'nya bikin ginian.
Tapi, salahsatu hal yang bisa gue pelajari dari peristiwa traveling ke sebagian negara di Eropa Barat, adalah kebiasaan nonton TV tuh gak penting-penting amat buat mereka (at least gak seperti mamah-ku yang tiap hari mesti setel TV, entah disimak atau engga acaranya, kadang dia tidur pun TV masih nyala tapi gak merasa terganggu.... hebat deh)
Sama aja dengan kebiasaan membaca, disini kebiasaan membaca masih identik dengan hobi yang 'kutu buku', padahal Moh. Hatta (wakil Presiden RI pertama) juga hobi membaca. (hmmm... its out of topic sih)
Ya kita bisa berkilah bahwa tiap orang punya hobi yang beda, sama seperti ade gua juga gak suka baca dan tiap kali dikasi buku sebagai hadiah ultah misalnya, mungkin dia gak merasa sebahagia dibanding seandainya dikasih 1 season Heroes, atau seri DVD Korea/Jepang.
Waktu kita (gue & temen-red) nginep di Granada, suatu kota di bagian Andalusia, Spanyol, tuan rumah kita punya koleksi buku yang banyak dan lumayan oke.
Terutama buku-buku tentang masakan (and yeah he's a good chef!) dan buku-buku Paulo Coelho. Orangnya juga asik, cakeup, dan punya anjing (loh, gada hubungannya lagi), masih jomlo pula.
Granada adalah tempat yang pasti akan gue kunjungi lagi kalau suatu saat punya kesempatan balik ke Eropa.
Owhya, balik lagi ke topik, anyway, si tuan rumah kita itu, namanya Juanito, dia punya buku tentang sejarah Spanyol. And for us, it's quite cool.
Apalagi kalau ada tamu kaya kita yang memang pengen tau tentang sejarahnya Spanyol, (ehem, gue sih pengen tau, kalau saja seandainya buku tersebut ditulis dalam bahasa Inggris). Dan dia juga fasih, or more less, bisa cerita tentang sejarah Spanyol.
I love books. I really am.
Itulah sebabnya gue memilih teman-teman terbaik gue (or teman-teman yang menurut gue asik diajak hang out) adalah temen-temen yang juga doyan baca.
Dan menurut gue, orang bisa aja gak lulus SD, seperti dulu pembantu yang pernah kerja di rumah kita. Tapi karena dia suka baca -padahal tadinya di rumah kita dia baca koran bekas aja masih harus dieja- dia bisa maju. Atau dia memang orangnya mau berusaha untuk maju, makanya dia suka baca.
Labels:
books,
buku,
Eurotrip,
girl's thought,
Granada,
Paulo Coelho,
Spain,
Spanyol,
traveling
Subscribe to:
Posts (Atom)