Saturday, November 15, 2008

Amrik, negara (siap) ber-demokrasi


Terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden USA pertama yang berkulit hitam, membuktikan keberhasilan warga Amrik ber-demokrasi. Dimana warna kulit dan ras gak jadi pertimbangan apakah seseorang bisa (atau gak bisa) jadi Presiden.

Terlepas dari pandangan orang Indo yang suka meng-identifikasikan Amrik dengan kapitalis/ anti-muslim/kafir/ whatever it is, sudah terbukti bahwa USA adalah sebuah bangsa yang dibangun dengan meng-amin-i Piagam Hak Asasi mereka.

Dibilang, tiap orang punya kesempatan yang sama. Buktinya adalah Obama, asalkan orang itu memenuhi kapabilitas untuk jadi Presiden, mengikuti jalurnya, menang (electoral) voting, maka despite warna kulitnya Obama pun bisa jadi Presiden.

Beberapa hari sebelum Obama terpilih jadi Presiden, ada kolom di koran lokal yang isinya sms dari pembaca- tentang opini mereka apakah Obama akan terpilih jadi Presiden USA atau engga.
Ada 1 sms yang bunyinya: 'Mana mungkin rakyat Amrik mau dipimpin sama Presiden kulit hitam. Gak mungkin Obama menang.'

Pernyataan yang sungguh pesimis dan sempit.

Mungkin disamain kaya warga negara Indonesia kaleee.

Dimana dasar negara boleh Pancasila, dan semboyan bisa Bhineka Tunggal Ika, tapi Presiden RI harus warganegara turunan Indonesia asli. (Dibaca: artinya kalau keturunan Cina, tapi lahir dan tinggal disini puluhan tahun, dan tampang bukan Indonesia asli, mimpi kali ye mau jadi Presiden).

Atau mungkin nanti kalau kita udah 100 tahun merdeka seperti USA, baru kita bisa menerima perbedaan (dangkal) seperti itu.

Belum lagi pidato kekalahan McCain yang sungguh agung, membesarkan hati.
Entah representatif atau tidak untuk menggambarkan bahwa rakyat Amrik adalah bangsa yang bisa menerima kekalahan dengan legowo, dengan McCain sebagai contoh pemimpin yang gak ngotot 'kekeuh' pengen menang.

Sungguh banyak yang bisa kita pelajari dari peristiwa President Election ala Amrik kemaren....
kalau saja kita bangsa yang mau belajar, yang rendah hati mau mengakui, bahwa kita masih kalah jauh dalam ber-demokrasi, belum bisa menerima perbedaan, belum bisa menerima kekalahan, yang para pemimpin-nya bisa mendahulukan kepentingan publik diatas kepentingan partai/golongan-nya.

Kapan yah.... Moga-moga peristiwa Pemilu Indonesia tahun mendatang bisa belajar dari peristiwa Amrik kemaren.
Dan rakyat yang milih parpol semoga diberdayakan dengan pengetahuan cara ber-politik yan benar, bukan sekedar bagi kaos gratis * sighed *


sumber gambar : politicalhumor.about.com